Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas menguat pada akhir perdagangan Rabu pagi WIB, menyusul pernyataan Ketua The Fed AS Jerome Powell bahwa proses disinflasi telah dimulai dan dolar AS yang lebih lemah memberikan dorongan tambahan.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, bertambah 0,28 persen menjadi US$1.884,80 dolar AS per ounce.
Dalam pidatonya di Economic Club of Washington, Powell mengatakan Federal Reserve perlu terus menaikkan suku bunga. Tapi dia memperkirakan perlambatan inflasi, dengan mengatakan proses disinflasi telah dimulai, meski prosesnya akan memakan waktu cukup lama dan tidak akan mulus.
"Jika laporan pasar tenaga kerja yang kuat atau laporan inflasi yang lebih tinggi terus berlanjut, The Fed mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih dari harga saat ini," kata Powell dikutip dari Antara.
The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 450 basis poin selama setahun terakhir, membawanya ke puncak 4,75 persen dari hanya 0,25 persen setelah wabah COVID-19 pada Maret 2020.
"Risiko sebenarnya adalah berapa banyak kenaikan suku bunga yang bisa kita lakukan, daripada jumlah kenaikan berikutnya," kata Saira Malik, kepala investasi di manajer aset Nuveen.
Baca Juga
Para ekonom bertaruh pasar pekerjaan yang tidak stabil akan memaksa bank sentral untuk menaikkan suku bunga setidaknya dua kali lebih banyak daripada yang diantisipasi Powell.
Sementara itu, dolar AS tergelincir pada Selasa (7/2/2023) dengan indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,19 persen menjadi 103,4120 pada pukul 20.00 GMT, memberikan dukungan lebih lanjut terhadap emas.
Departemen Perdagangan AS melaporkan Selasa (7/2/2023) bahwa defisit perdagangan AS secara keseluruhan naik 12,2 persen menjadi mendekati satu triliun dolar pada 2022.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 6 sen atau 0,27 persen, menjadi ditutup pada 22,177 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April bertambah 1,19 persen, menjadi menetap pada 986,20 dolar AS per ounce.