Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waspada! IHSG Berpotensi Koreksi, Simak Saham BBNI, BBTN & UNVR

Investor perlu mewaspadai potensi koreksi lanjutan IHSG dengan critical support level terdekat di kisaran 6.800-6.830 yang bertepatan dengan MA20 dan MA50.
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (6/10/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (6/10/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan koreksi pada perdagangan hari ini, Selasa (7/2/2023), dengan perkiraan resistance di angka 6.920, pivot 6.880 dan support di angka 6.830.

Senior Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan IHSG melemah pada perdagangan kemarin, Senin (6/2/2023) setelah realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 mencapai 5,31 persen, lebih besar dari perkiraan yang sebesar 5,29 persen.

“Pertumbuhan net export menjadi salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi pada 2022,” kata Valdy, Selasa (7/2/2023).

Kecenderungan moderasi harga komoditas sejak Desember 2022, kata Valdy, pasar mengkhawatirkan penurunan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023.

“Oleh sebab itu, waspadai potensi koreksi lanjutan IHSG dengan critical support level terdekat di kisaran 6.800-6.830 yang bertepatan dengan MA20 dan MA50. Secara teknikal, proyeksi ini diperkuat pola spinning top di kisaran resistance 6.900,” jelasnya.

Meski demikian, moderasi harga komoditas tersebut memperkuat keyakinan bahwa kondisi suku bunga sudah hampir berada di puncak mengingat moderasi harga komoditas berpotensi memicu akselerasi penurunan inflasi. Dengan demikian, BBNI, BBTN, EXCL, PGAS dan UNVR dapat diperhatikan.

Sementara itu, mayoritas indeks di Eropa lebih dulu ditutup melemah di Senin (6/2/2023). Ekspektasi berlanjutnya kenaikan suku bunga acuan untuk beberapa bulan pertama 2023 juga ditujukan pada European Central Bank (ECB) dan Bank of England (BoE) menyusul realisasi inflasi Januari 2023 di Eropa yang masih bertahan di 9 persen year-on-year. Hal ini menunjukan belum ada indikasi penurunan signifikan inflasi di Eropa.

Kemudian, indeks acuan Nasdaq memimpin pelemahan mayoritas indeks Wall Street pada akhir perdagangan Senin (6/2/2023). Hal ini dipicu oleh pelemahan harga sejumlah saham teknologi seiring kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS di tengah ekspektasi bahwa The Fed masih akan menaikan suku bunga acuan untuk beberapa FOMC ke depan.

Adapun, data sektor tenaga kerja terbaru di AS menunjukan kondisi yang relatif solid. Salah satunya adalah penurunan tingkat penganggiran ke 3,4 persen di Januari 2023 dari 3,5 persen di Desember 2022 dan jauh lebih rendah dari ekspektasi di 3,6 persen. 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper