Bisnis.com, JAKARTA -- PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) membidik pertumbuhan jumlah investor hingga sekitar 30 persen pada tahun ini dibandingkan dengan pada 2022. Perusahaan sekuritas sebagai penyedia jasa layanan keuangan apakah mampu mendorong tercapainya target tersebut?
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan untuk bisa mencapai target tersebut sekuritas bisa meningkatkan peran dalam mewujudkan literasi dan edukasi terhadap masyarakat secara kontinyu dan tidak kenal lelah.
"Karena masyarakat saat ini sudah mendapatkan akses dan berbagai informasi yang tersedia secara cepat, terutama dengan adanya media sosial, tentunya hal ini berpotensi menambah peminat investor menabung di saham atau akumulasi saham," jelasnya kepada Bisnis, Senin (6/2/2023).
Menurutnya, hal yang menarik bagi calon investor tahun ini adalah melihat iklim investasi di Indonesia yang semakin menarik, di antaranya dengan makroekonomi Indonesia yang cukup resilien dibandingkan dengan negara-negara lainnya.
"Secara kondisi makroekonomi global saat ini masih dalam keadaan penuh ketidakpastian, dipengaruhi dari adanya faktor probabilitas resesi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang masih terjadi. Tapi, kekhawatiran tersebut tidak perlu dibesar-besarkan karena fundamental ekonomi kita termasuk yang resilien sehingga peluang terjadinya resesi di tanah air masih kecil sehingga prospeknya saham di dalamnya masih cenderung positif," jelasnya.
Kendati demikian, kondisi perekonomian global masih perlu diwaspadai karena akan berpengaruh pada ekspor dan impor dan perlu dimitigasikan melalui forum multilateral. Namun, secara umum kondisi seperti saat ini merupakan hal yang wajar.
Baca Juga
"Investor ke depan bisa mencermati GDP Indonesia oleh BPS secara kuartal IV, year on year [yoy], quarter on quarter [qoq], dan kalau full year 2022 diproyeksikan 5,8 persen, lebih baik dari 2021 di 3,96 persen, dipengaruhi faktor ketahanan eksternal yang kuat di mana surplus neraca perdagangan surplus 32 bulan berturut-turut hingga saat ini. Di sisi lain didukung oleh manufaktur Indonesia yang masih ekspansif, transaksi berjalan juga masih belum defisit," ungkapnya.
Sebagai informasi, pada akhir 2022 lalu, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) berharap jumlah investor pasar modal pada 2023 bisa bertumbuh 20 persen hingga 30 persen dari pencapaian pada 2022.
Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo mengatakan, pertumbuhan investor sampai dengan pertengahan Desember 2022 yaitu 36,70 persen menjadi 10,23 juta dibandingkan dengan pada 2021 yaitu 7,48 juta.
Dari angka tersebut, investor ritel menduduki jumlah terbanyak, yaitu 10,19 juta atau 99,63 persen dari jumlah seluruhnya. Sementara investor institusi berjumlah 37,89 atau 0,37 persen dari total keseluruhan.
Direktur KSEI Syafruddin menyebut telah menyiapkan 41 strategi yang akan menjadi pendongkrak kinerja KSEI tahun ini. Salah satu dari 41 strategi itu ialah pengembangan alternatif penyimpanan dana nasabah pada SRE untuk instrumen efek bersifat ekuitas dan efek bersifat utang dan investor fund unit account (IFUA) untuk instrumen reksa dana.
“Jadi nanti selain RDN, investor pasar modal Indonesia juga memiliki alternatif untuk penyimpanan dan penyelesaian dana pada SRE maupun IFUA, sehingga investor pasar modal tidak perlu menunggu lagi pembukaan RDN untuk bertransaksi di pasar modal,” ungkap Syafruddin.