Bisnis.com, JAKARTA - Emiten farmasi swasta, PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) membidik pertumbuhan penjualan di kisaran 10-15 persen pada tahun ini atau sekitar Rp33 triliun.
Per September 2022, Kalbe Farma membukukan penjualan bersih Rp21,18 triliun, naik 10,9 persen year on year (yoy). Laba bersih mencapai Rp2,28 triliun, naik 8,6 persen yoy.
“Tahun 2023 ini sasaran kami 10 persen-15 persen pertumbuhan, kami sih memproyeksikan sekitar Rp33 triliun,” ungkap Direktur KLBF Sie Djohan kepada Bisnis, dikutip Jumat (3/2/2023).
Untuk mengejar target tersebut, Kalbe Farma berfokus pada pengembangan produk berbasis biologi, seperti antibodi monoklonal dengan merek dagang Rituxikal. Produk Kalbe itu baru saja mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.
Hal ini lantaran, menurutnya, penetrasi pasar dari produk obat berbasis biologi masih sangat rendah. Padahal, kebutuhan di Indonesia cukup tinggi.
“Sebetulnya kebutuhannya banyak cuma selama ini aksesibilitasnya mungkin agak sedikit karena seluruh produknya masih impor,” imbuhnya.
Baca Juga
Lebih lanjut, Sie Djohan menjelaskan, produk-produk obat berbasis biologi impor dipasarkan dengan harga yang relatif tinggi sehingga pemerintah Indonesia menaruh harapan agar bisa memproduksi produk-produk tersebut di Tanah Air.
“[Jika] diproduksi lokal, ketersediaannya lebih luas, harganya ke depannya akan lebih kompetitif,” terangnya.
Sebelumnya, Kalbe Farma sendiri berencana kembali kembali mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure (capex) minimal sebesar Rp1 triliun pada 2023. KLBF tercatat menganggarkan besaran yang sama pada 2022.
“Capex 2023 sedang dihitung dan bulan depan akan kami jelaskan detailnya, kami perkirakan sekitar Rp1 triliun sampai Rp1,5 triliun. Sumber dana bisa internal atau kombinasi juga dengan eksternal dari fasilitas bank,” kata Vidjongtius kepada Bisnis, Selasa (17/1/2023).
Vidjongtius juga memperkirakan realisasi belanja modal 2022 tidak akan jauh berbeda dengan rencana awal, mengingat tidak terdapat rencana investasi yang tertunda pelaksanaannya.
“Closing 2022 sedang dilakukan dan kami perkirakan [realisasi] mirip dengan target sebelumnya karena pada kenyataannya tidak ada penundaan investasi yang direncanakan,” kata dia.