Bisnis.com, JAKARTA – PT Wijaya Cahaya Timber Tbk. (FWCT), emiten plywood yang baru saja resmi melantai di Bursa membidik penambahan volume ekspor ke pasar global di berbagai negara seperti Korea, Jepang, Malaysia hingga Meksiko.
Direktur Utama Wijaya Cahaya Timber Budi Tjahjadi mengatakan rencana ekspansi emiten yang dipimpinnya tersebut masih harus melihat kondisi pasar yang fluktuatif. Dia juga mengungkapkan pihaknya tahun ini hanya berharap dapat mempertahankan pendapatan seperti 2022.
“Lihat kondisi pasar lah, pasar sekarang (2023) kan krisis ya, negara lain seperti korea dan jepang itu inflasi maka itu memberikan efek ke kita juga karena waktu ekspor menggunakan mata uang dolar dan mereka ubah ke Won,” katanya, Rabu (1/2/2023).
Budi mengungkapkan saat ini pasar ekspor utama FWCT alah Amerika, Korea, Malaysia, Thailand, Hong Kong, dan Meksiko. Terkait dengan penambahan negara tujuan ekspor, Budi mengaku tidak ada rencana tersebut melainkan penambahan volume ekspor saja.
“Sekarang dengan keadaan yang membaik ini diharapkan kita juga jadi membaik. Selanjutnya kita akan memperbesar volume ekspor saja, karena negara kita sudah hampir semua. Cuma volumenya dikembangkan lah,” jelasnya.
Besaran volume yang disebut Budi juga belum dapat dipastikan, namun komposisi pasar domestik dan ekspor sebesar 70 persen banding 30 persen.
Baca Juga
“Untuk kenaikan volume kita juga masih lihat pasar, semua orang bilang krisis kurs dolar tidak mempengaruhi kita tapi negara tujuan ekspor. Sehingga untuk 2023, harapan kita adalah mempertahankan pendapatan 2022,” imbuhnya.
Sementara itu, FWCT tercatat telah membukukan penjualan Rp 508,29 miliar dengan laba bersih Rp 25,18 miliar per 31 Juli 2022.
Sebagai informasi, FWCT resmi listing di Bursa Efek Indonesia dengan menawarkan Rp118 per saham dan oversubscribe 344,09 kali dari penawaran pooling.
FWCT menawarkan 375 juta saham atau setara 20 persen dari total modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO dengan nominal Rp100 per saham serta berhasil mendapatkan dana segar sebesar Rp44,25 miliar.
Sebanyak 79 persen dari dana yang diperoleh saat IPO digunakan untuk belanja modal berupa pembelian mesin-mesin produksi utama. Sekitar 16 persen digunakan untuk belanja modal berupa pembelian mesin-mesin produksi pendukung dan sisanya akan digunakan untuk modal kerja guna mendukung operasional FWCT.