Bisnis.com, JAKARTA – Saham emiten batu bara masih terus mengalami penurunan harga. Lalu, seperti apa prospek bisnis dan saham emas hitam ini?
Mengutip data Bloomberg, Rabu (1/2/2023) akhir sesi I, harga saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) mencatatkan penurunan 0,34 persen atau 10 poin ke posisi 2.950, secara year to date (ytd) turun sampai 23,38 persen.
Selanjutnya, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) turun 1,80 persen ke 35.550 dan sepanjang 2023 berjalan, harga sahamnya turun 8,90 persen. Adapun, harga saham PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) terpantau naik 2,61 persen hari ini ke 157, namun masih mencatat penurunan 2,48 persen sepanjang 2023 berjalan.
Analis Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis Tambolang melihat saham batu bara seperti ADRO, ITMG, BUMI dan lainnya masih turun secara year to date karena komoditas batu bara masih cenderung melanjutkan moderasi harga.
“Beberapa peyebabnya karena adanya antisipasi kenaikan pasokan dan penurunan permintaan batu bara, dan peningkatan produksi di China dan India,” jelasnya kepada Bisnis, dikutip Rabu (1/2/2023).
Produksi batu bara domestik China pada 2023 berpotensi mencapai 4,9 miliar metrik ton (MT), naik dari 4,5 miliar MT pada 2022. Kemudian, produksi batu bara India dapat mencapai 950 juta MT, naik dari 840 juta MT pada 2022.
Baca Juga
Selain itu, musim dingin yang lebih hangat, khususnya di Amerika Serikat dan Eropa, juga telah meredakan kekhawatiran terhadap kekurangan bahan bakar
Namun di sisi lain, jika mencermati kondisi fundamental dari beberapa emiten di sektor energi khususnya produsen batu bara, mencatatkan kinerja rasio keuangan yang positif dibandingkan saham-saham di sektor energi pada tiga kuartal 2022.
“Secara rasio harga, ADRO 2,60 kali, ITMG 2,24 kali, PTBA 2,90 kali, dan HRUM 4,56 kali mencatatkan PER yang relatif rendah dibandingkan PER Sektor Energi di 6.45 kali per Desember 2022,” jelasnya.
Selain itu, dividen yang relatif besar dari emiten tersebut juga dapat menarik minat investor. Seperti ITMG, PTBA dan ADRO pada tahun 2022 dengan masing-masing sebesar Rp4,128.00, Rp688.52. dan Rp251.28 per saham.
“Rekomendasi dari ADRO, PTBA, ITMG, BUMI, secara keseluruhan masih wait and see. Pelemahan lanjutan masih potensial terjadi,” kata Alrich.
Senada, Associate Director of Investment and Research Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, sejauh ini dari sisi permintaan dan harga batu bara sudah mulai mengalami penurunan.
Oleh karena itu, emiten batu bara ramai-ramai melakukan diversifikasi bisnis ke energi hijau, kenaikan royalti fee secara progresif serta rencana pengenaan pajak karbon.
“Di sisi lain, kami lihat rencana adanya skema BLU juga dapat menguntungkan bagi emiten batu bara untuk menjaga disparitas harga antara yang ditetapkan pemerintah serta harga batu bara acuan internasional,” jelasnya.
Untuk saham batu bara, meskipun masih mengalami penurunan, analis optimistis harga saham seperti ADRO dan ITMG masih bisa naik dengan target harga ADRO di 4.300, dan ITMG di 41.000.