Bisnis.com, JAKARTA – Instrumen investasi reksa dana akan semakin menarik dilirik di tengah sentimen positif ekonomi Eropa. Berdasarkan survei Consensus Economics Eropa diperkirakan akan mampu mencatat pertumbuhan 0,1 persen pada tahun ini.
Analis menilai proyeksi ekonomi Eropa yang membaik akan meningkatkan persepsi positif investor terhadap kondisi global yang diharapkan dapat sedikit pulih. Kondisi ini, dinilai akan mendorong instrumen investasi semakin menarik dilirik, termasuk reksa dana.
Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Anggi Kristiantoro mengatakan reksa dana saham masih prospektif untuk dikoleksi pada tahun ini dengan perbaikan proyeksi ekonomi Eropa sebagai katalisnya.
Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai underlying juga diproyeksi dapat mencatatkan kenaikan return lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 4,09 persen.
Pergerakan IHSG ini dipengaruhi oleh sentimen dari global dan domestik, termasuk perkembangan perekonomian zona Eropa.
“Jadi ketika sentimen global membaik, bursa global naik, kinerja IHSG naik dan reksa dana saham juga akan terdorong positif,” kata Anggi kepada Bisnis, Selasa (24/1/2023).
Baca Juga
Di sisi lain untuk memitigasi risiko, investor dapat melirik reksa dana pasar uang untuk dikoleksi. Hal ini mengingat kenaikan suku bunga yang masih terjadi setidaknya hingga semester I tahun 2023.
Teranyar, Bank Indonesia baru saja menaikan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) ke level 5,75 persen pada pekan lalu.
Investor, kata dia, juga bisa memulai berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap apabila kenaikan suku Bunga sudah mencapai puncaknya.
“Sehingga dengan harapan kedepannya akan stagnan atau turun dan kondisi tersebut bisa menopang penguatan harga obligasi dan juga reksadana pendapatan tetap,” kata Anggi.
Anggi membeberkan strategi yang bisa dilakukan investor untuk menjaga pertumbuhan aset di tengah kondisi ekonomi saat ini.
Menurut dia, investor bisa mengkombinasikan koleksi reksa dananya dengan mengoleksi tiga jenis reksa dana yakni, reksa dana saham, pasar uang, dan reksa pendapatan tetap.
“Untuk strategi, kalau targetnya ingin menjaga pertumbuhan aset ditengah kondisi saat ini, bisa dikombinasikan antara reksa dana saham (Agresif) sekitar 40 persen dari alokasi reksa dana, pendapatan tetap (medium) 30 persen, dan pasar uang (konservatif) 30 persen,” katanya.