Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan Pemerintah Negara Bagian Australia untuk menerapkan DMO hingga 10 persen produksi batu baranya untuk cadangan dalam negeri, bakal menjadi sentimen positif bagi emiten batu bara di Indonesia.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Juan Harahap mengatakan, kebijakan ini akan menjadi katalis positif jangka pendek bagi Indonesia dan China untuk bisa meningkatkan pasokan batu bara.
“Karena secara historis juga menunjukkan bahwa emiten pertambangan batu bara selalu mencatat volume produksi yang lebih rendah pada semester pertama dibandingkan dengan semester kedua,” ungkapnya dalam riset, dikutip Minggu (22/1/2023).
Oleh karena itu, Samuel Sekuritas Indonesia mempertahankan rating netral untuk sektor batu bara. Adapun, saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) menjadi top pick analis, dengan rekomendasi Buy dan target harga Rp4.100.
“Rekomendasi ini mencerminkan 5,5 kali perkiraan PE 2023, terutama karena diversifikasi bisnisnya yang akan memberikan fleksibilitas pembiayaan dalam jangka panjang,” kata Juan.
Pada perdagangan akhir pekan, Jumat (20/1/2023), harga saham ADRO terpantau naik 0,31 persen atau 10 poin ke Rp3.240. Sepanjang 2023 berjalan (ytd), harga saham ADRO masih mencatat penurunan 15,84 persen, namun dibandingkan dengan setahun lalu (yoy) naik 36,71 persen.
Baca Juga
Samuel Sekuritas Indonesia juga mempertahankan saham PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) sebagai alpha top pick dengan target harga di Rp230, mengingat potensi penurunan beban bunga sebesar sebanyak US$130 juta per tahun menyusul pelunasan sebagian besar utang perusahaan pasca private placement pada kuartal IV/2022.
Saham BUMI juga mencatatkan kenaikan hingga 5,33 persen pada penutupan perdagangan Jumat, ke posisi Rp158. Secara ytd, harga sahamnya masih turun 1,86 persen. Namun, dalam setahun naik 139,39 persen.
Sejumlah potensi pendorong untuk harga batu bara di antaranya kemungkinan cuaca ekstrem yang terus-menerus yang menghambat produksi. Sedangkan risiko yang dihadapi di antaranya adalah perlambatan ekonomi dan produksi batu bara global yang lebih tinggi dari perkiraan.
Juan menilai, langkah Australia tersebut hanya sebagai upaya untuk memastikan ketahanan energi dalam negeri. Namun, kebijakan ini berpotensi mengganggu pasokan pasar global, mengingat peran vital pasokan batu bara Australia dalam memenuhi permintaan global mengingat Australia adalah eksportir batu bara terbesar kedua dunia.
“Australia sendiri menyumbang sekitar 27,6 persen pasokan batu bara global pada 2021,” papar Juan.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.