Bisnis.com, JAKARTA - Emiten batu bara PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) mendapatkan izin dari Kementerian ESDM untuk memproduksi sebesar 81,4 juta ton batu bara di 2023. Analis melihat hal ini merupakan sentimen positif bagi BUMI.
Analis Samuel Sekuritas Juan Harahap mengatakan izin produksi batu bara BUMI ini meningkat 14,6 persen secara tahunan dibandingkan produksi batu bara BUMI pada 2022. Menurut Juan, target produksi ini di atas ekspektasi Samuel Sekuritas sebesar 77 juta ton.
"Kami melihat hal ini sebagai sentimen positif didorong oleh BUMI dapat memonetisasi harga batu bara yang masih berada di level yang tinggi," kata Juan, dikutip Minggu (22/1/2023).
Dia melanjutkan, pada 2023, Samuel Sekuritas memperkirakan BUMI masih mencatatkan pertumbuhan pada laba bersih sebesar US$554 juta atau naik 5,3 persen secara tahunan didorong oleh penurunan beban bunga menjadi US$36 juta, seiring dengan adanya pembayaran utang sebesar US$1,56 miliar melalui non-preemptive rights (NPR) di kuartal IV/2022.
Sebagaimana diketahui, hutang OWK BUMI tercatat sudah dikonversi seluruhnya pada Desember 2022.
Adapun, Samuel Sekuritas masih merekomendasikan buy atau beli untuk saham BUMI, dengan target price Rp230 per saham.
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan BUMI menargetkan produksi batu bara dapat mencapai hingga 85 juta ton tahun ini.
Menurut Dileep, target produksi batu bara BUMI 2023 masih lebih rendah dibandingkan kapabilitas produksi batu bara BUMI di situasi normal, yang bisa mencapai 90 juta ton per tahun dari KPC dan Arutmin.
Dileep melihat, permintaan listrik saat ini meningkat, tetapi tidak ada pendanaan yang tersedia bagi peningkatan produksi batu bara atau proyek terkait batu bara. Akibat hal tersebut, pasokan batu bara berkurang, di tengah tingginya permintaan.
Sementara itu, kata Dileep, energi terbarukan masih belum bisa diandalkan untuk menggantikan bahan bakar fosil.
"Situasi seperti DMO akan berfungsi untuk memperketat ketersediaan batu bara untuk ekspor, maka harga batu bara bisa tetap tinggi," kata Dileep kepada Bisnis, Kamis (19/1/2023).
Meski situasi ini terlihat menguntungkan bagi BUMI, tetapi Dileep melihat tantangan tahun ini akan datang dari cuaca yang tidak mendukung seperti hujan lebat terus menerus, yang berdampak pada hasil produksi BUMI.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.