Bisnis.com, JAKARTA - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) melaporkan penggunaan dana hasil initial public offering (IPO) hingga periode akhir Desember 2022. Dalam keterbukaan informasi yang dirilis Jumat 13 Januari 2023, manajemen menyatakan telah membelanjakan Rp10,1 triliun, atau hampir 75% dari total dana IPO.
GOTO melantai di bursa pada April 2022 dengan melepas 52 miliar saham seri A. Dari aksi korporasi ini, GOTO meraup Rp13,72 triliun dan menjadi IPO terbesar pada tahun lalu. Artinya, sisa dana hasil penawaran umum yang belum digunakan adalah sebesar Rp3,44 triliun.
Manajemen GOTO merinci, dari total realisasi dana IPO, sebanyak Rp3,35 triliun sudah digunakan untuk modal kerja emiten; Rp4,07 triliun untuk penyertaan modal di Tokopedia dan Rp2,1 mengalir ke Dompet Karya Anak Bangsa.
Selain itu, GOTO juga menggunakan dana IPO untuk penyertaan modal di anak usahanya di luar negeri, yakni Velox Digital (Singapura) senilai Rp274 miliar dan GoViet Technology (Vietnam) sebanyak Rp273 miliar. Dari total rencana penggunaan dana yang disampaikan dalam prospektus IPO, hanya penyertaan di PT Multifinance Anak Bangsa yang belum terwujud.
Direktur Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus menilai positif tingkat penyerapan dana hasil IPO yang sudah mencapai hampir 75% dari target. Hal ini menunjukkan kecepatan manajemen dalam mengeksekusi sejumlah agenda strategis perseroan yang bisa memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan.
“Dana hasil IPO GoTo telah tepat terserap sesuai dengan janji di prospektus untuk mendukung pertumbuhan bisnis anak perusahaan agar dapat mendukung pertumbuhan GTV dan pendapatan. Ini sesuatu yang baik karena memperlihatkan efektivitas dan kecepatan manajemen dalam mengeksekusi program,” katanya.
Realisasi penggunaan dana, imbuh Maximilianus, juga semakin menegaskan fokus manajemen dalam memprioritaskan segmen e-commerce, financial services, dan ekspansi internasional di Vietnam dan Singapura.
Analis MNC Sekuritas Tirta Widi Gilang Citradi menambahkan realisasi dana IPO tidak sama dengan pengeluaran atau cash burn GoTo. Realisasi dana IPO ini adalah alokasi modal kerja di pos-pos atau anak perusahaan GoTo sesuai dengan rencana di prospektus. Modal kerja ini dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan GTV dan pendapatan.
“Jika seseorang ingin melihat jumlah pengeluaran perusahaan, harus melihat cash balance perusahaan. Selain itu juga perlu diingat bahwa kas GoTo tidak sepenuhnya berasal dari dana IPO alias hanya 4,35% dari keseluruhan saham perusahaan,” kata Tirta.
Terkait cash balance, sesuai dengan laporan Deutsche Bank dan BRI Danareksa, GoTo diprediksi mempunyai kas yang cukup dan kuat untuk mengantarkannya ke gerbang profitabilitas, bahkan sekalipun tanpa menambah suntikan modal baru.
Sejak awal tahun saham GOTO telah menguat 15,38%, sejalan dengan perubahan persepsi investor terhadap saham saham teknologi yang dipicu rally Nasdaq selama dua pekan terakhir. GOTO menjadi top prioritas berkat kekuatan ekosistem dan posisi strategisnya sebagai pemain utama ekonomi digital tanah air. Faktor pemicu lainnya adalah tekanan jual yang mereda paska berakhirnya periode lock-up saham.
“Setelah efek lock up period mereda, dan Nasdaq mulai prospektif, investor kini kembali fokus ke fundamental dan posisi GoTo sebagai pemain utama di ekonomi digital,” kata Farras Farhan, analis Samuel Sekuritas.
Farras menjelaskan improvisasi GoTo di semua lini bisnis menuai apresiasi positif dari pelaku pasar. Manajemen telah merampingkan organisasi, memangkas biaya bakar uang (promosi) dan di saat yang sama menaikkan tarif (take rate) serta meluncurkan produk layanan baru yang menjanjikan pendapatan lebih tinggi. “Setelah tembus level psikologis di Rp100, dan jika mampu bertahan di level harga ini, maka target harga berikutnya di Rp130,” kata Farras.