Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Produsen Cap Tikus dan Soju BEER Terbilang Prospektif, Mampu ARA?

Saham IPO produsen Daebak Soju dan Cap Tikus, PT Jobubu Jarum Minahasa Tbk. (BEER), terbilang menarik karena kinerja fundamental yang positif.
Saham IPO produsen Daebak Soju dan Cap Tikus, PT Jobubu Jarum Minahasa Tbk. (BEER), terbilang menarik karena kinerja fundamental yang positif.
Saham IPO produsen Daebak Soju dan Cap Tikus, PT Jobubu Jarum Minahasa Tbk. (BEER), terbilang menarik karena kinerja fundamental yang positif.

Bisnis.com, JAKARTA - Produsen minuman beralkohol Daebak Soju dan Cap Tikus, PT Jobubu Jarum Minahasa Tbk. (BEER) akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada Jumat (6/1/2023) setelah penawaran umum perdana saham atau IPO.

BEER menawarkan 800 juta saham dengan harga Rp220 sehingga nilai IPO-nya mencapai Rp176 miliar. Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani berpandangan BEER cukup menjanjikan karena bergerak di sektor consumer noncyclical yang memiliki daya tahan kuat di tengah ketidakpastian ekonomi.

"BEER menarik dicermati karena fundamental yang kuat untuk sektor ini. Ada peluang kenaikan kinerja di 2023 yang akan mendorong emiten yang IPO dari sektor ini,” kata Arjun, Kamis (5/1/2023).

Kondisi tersebut diperkuat dengan fundamental yang kuat. Arjun mencatat kinerja keuangan BEER tumbuh baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih.

Berdasarkan prospektus BEER, pendapatan per September 2022 mencapai Rp54,90 miliar, tumbuh 69,47 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp32,39 miliar. Adapun laba periode berjalan BEER pada kurun yang sama mencapai Rp11,05 miliar atau tumbuh dari tahun 2021 Rp6,91 miliar.

Investor tentunya mengharapkan saham BEER mampu naik pada perdagangan perdana. Apalagi, saham IPO kerap identik dengan pencapaian auto rejection atas (ARA).

Auto Rejection merupakan pembatasan minimum dan maksimum kenaikan dan penurunan harga saham dalam jangka waktu satu hari perdagangan di bursa. Auto rejection diterapkan untuk memastikan perdagangan saham berjalan dalam kondisi wajar.

Jika saham berfluktuasi dengan harga tinggi dan menembus batas atas atau bawah, sistem bursa akan menolak 'order' secara otomatis yang ditetapkan oleh BEI. Batas tersebut yang dinamakan auto reject atas dan bawah.

Sebuah saham yang terus menerus mengalami kenaikan, akan dikategorikan ARA. Batasan auto rejection yang berlaku selama pandemi saat ini yakni rentang harga Rp50-Rp200 berlaku ARA 35 persen, lalu rentang harga lebih dari Rp200-Rp5.000 berlaku ARA 25 persen, dan rentang di atas Rp5.000 berlaku ARA 20 persen.

Sementara itu, sejak pandemi, batas ARB diubah menjadi 7 persen untuk ketiga rentang saham tersebut atau auto reject asimetris. Hal ini untuk menahan penurunan harga saham dan IHSG secara signifikan.

Dengan estimasi kenaikan maksimal 35 persen, maka saham COAL akan mencapai Rp237 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper