Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja instrumen reksa dana diprediksi tetap optimal tahun depan seiring dengan kondisi perekonomian domestik yang positif dan berakhirnya tren kenaikan suku bunga.
Direktur Utama Pinnacle Persada Investama Guntur Putra menjelaskan prospek kinerja reksa dana secara keseluruhan di tahun 2023 masih cukup baik. Pada reksa dana saham, kondisi makroekonomi Indonesia masih kondusif untuk mendukung pertumbuhan.
Hal ini terindikasi melalui sejumlah data seperti tingkat kenaikan inflasi yang relatif terkontrol, dan surplus neraca perdagangan.
"Nilai tukar yang masih cukup kuat dibandingkan dengan negara lain juga dapat menopang reksa dana saham," jelasnya saat dihubungi, Selasa (6/12/2022).
Di sisi lain, ia melihat sejumlah sentimen negatif berasal dari pasar global. Dari sisi geopolitik, kelanjutan perang Rusia-Ukraina serta tensi China - Taiwan berpotensi menekan kondisi pasar global yang nantinya akan turut berdampak negatif ke Indonesia.
Selain itu, perlambatan perekonomian China juga menjadi faktor risiko tersendiri, karena kebijakan zero covid yang mengganggu aktivitas perekonomian di China.
Baca Juga
Guntur mengatakan, jika pertumbuhan PDB China mengalami penurunan, perlambatan tersebut secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kondisi pasar global dan juga Indonesia.
"Risiko resesi global yang terus membayangi kondisi pasar juga merupakan faktor risiko yang harus dipertimbangkan," lanjut Guntur.
Sementara itu Guntur melihat prospek reksa dana berbasis obligasi akan lebih baik tahun depan. Menurutnya, tahun 2023 merupakan entry point yang lebih baik untuk investor yang berminat masuk ke reksa sana berbasis obligasi.
Salah satu faktor yang akan mendukung prospek instrumen ini adalah inflasi di bulan November yang masih di bawah perkiraan. Selain itu, pasar obligasi juga didukung oleh sikap The Fed yang menyatakan bahwa potensi kenaikan suku bunga mendatang kemungkinan besar tidak seagresif sebelumnya.
"Komentar The Fed juga mulai terlihat dampaknya dengan turunnya yield SUN dan menguatnya harga obligasi Indonesia," pungkasnya.