Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Usai Penjualan Turun, Kapuas Prima Coal (ZINC) Siap Perbaiki Kinerja Tahun Depan

Optimisme perbaikan kinerja sejalan dengan upaya ZINC untuk pengoperasian pabrik smelter konsentrat timbal berkapasitas 40.000 ton.
Penambangan PT Kapuas Prima Coal Tbk./Istimewa
Penambangan PT Kapuas Prima Coal Tbk./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten produsen logam dasar, PT Kapuas Prima Coal Tbk. (ZINC), optimistis dapat mendongkrak pendapatan pada 2023 setelah kinerja memperlihatkan penurunan selama periode sembilan bulan di 2022.

Optimisme tersebut sejalan dengan upaya ZINC untuk pengoperasian pabrik smelter konsentrat timbal berkapasitas 40.000 ton yang sedang dibangun pada akhir tahun ini.

Direktur Kapuas Prima Coal Evelyne Kioe mengatakan penyusutan ekonomi global akibat perang Rusia-Ukraina yang berkepanjangan menjadikan 2022 sebagai tahun penuh tantangan. Oleh karena itu, ZINC akan fokus untuk mengupayakan peningkatan penjualan tahun depan.

Selain smelter konsentrat timbal yang sedang dikejar untuk bisa beroperasi akhir tahun ini, ZINC juga sedang membangun pabrik smelter seng berkapasitas 83.000 ton konsentrat seng yang diharapkan bisa beroperasi pada 2023.

“Tahun ini banyak variabel di luar kendali kita yang sangat berpengaruh terhadap kinerja perseroan, seperti kenaikan harga energi, resesi dan penyusutan ekonomi global, serta naiknya laju inflasi. Untuk itu, kita akan memfokuskan upaya untuk meningkatkan pendapatan dan efisiensi kinerja pada tahun 2023,” kata Direktur Evelyn dalam siaran pers yang dikutip Minggu (4/12/2022).

Per September 2022, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk berjumlah Rp21,84 miliar, tuurn 67,03 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp66,27 miliar.

Penurunan laba bersih turut dipicu oleh turunnya pendapatan ZINC, dari Rp612,59 miliar pada Januari—September 2021 menjadi Rp551,81 miliar.

Salah satu penyebab turunnya penjualan dan laba bersih ZINC adalah harga komoditas yang cenderung turun karena peningkatan suku bunga dari Amerika Serikat. Selain itu, terdapat kenaikan biaya yang signifikan akibat harga solar industri yang meningkat 100 persen.

“Medan yang berat membutuhkan pasokan BBM yang konsisten dan harga yang melambung tinggi sejak awal tahun telah menggerus kinerja ZINC secara signifikan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper