Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mantap! Rupiah dan Mata Uang Asia Pasifik Kompak Dibuka Menguat

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat di posisi 15.628 naik 0,66 persen. Sementara itu Indeks Dolar melemah sebesar 0,22 persen menjadi 105, 688.
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (1/12/2022) dibuka perkasa dihadapan dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat di posisi 15.628 naik 0,66 persen. Sementara itu Indeks Dolar melemah sebesar 0,22 persen menjadi 105, 688.

Mata uang negara lain juga dibuka menguat terhadap dolar AS. Won Korea Selatan naik 1,13 persen di posisi 1.303,4. Ringgit Malaysia di posisi 4.417 naik 0,63 persen. Sedangkan Rupee India menguat di posisi 81.428 naik 0,36 persen dan Bath Thailand menguat 0,18 persen ke posisi 35.048.

Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan rupiah dibuka berfluktuatif pada perdagangan Kamis (1/12/2022), tetapi ditutup melemah di rentang  Rp15.710 hingga Rp15.770 per dolar AS.

Powell diperkirakan akan memberikan lebih banyak isyarat tentang ekonomi AS dan jalur kebijakan moneter untuk sisa tahun ini ketika dia berbicara di sebuah acara di Washington.

“Pasar juga menunggu data payrolls utama AS akhir pekan ini. Sementara risalah pertemuan November Fed menunjukkan bahwa makin banyak anggota Fed mendukung kenaikan suku bunga yang lebih kecil dalam beberapa bulan mendatang,” kata Ibrahim dalam riset, Rabu (30/11/2022).

Sebanyak 63,5 persen pedagang memperkirakan bahwa Fed akan memperlambat laju kenaikan suku bunga setengah poin pada 14 Desember, dan peluang 36,5 persen untuk kenaikan 75 basis poin lainnya.

Di sisi lain, International Monetary Fund (IMF) memprediksi ekonomi global pada 2023 akan mengalami penurunan dari 6 persen di tahun 2021, menjadi 2,7 persen pada 2023 mendatang. Hal itu mengakibatkan adanya ancaman resesi di sejumlah negara.

“Berbagai faktor dinilai telah menyebabkan perlambatan, seperti pandemi Covid-19 yang berkepanjangan di beberapa negara, serta konflik bersenjata antara Rusia dengan Ukraina di belahan timur Eropa,” tambahnya.

Dari dalam negeri, pemulihan ekonomi di Indonesia sudah mulai berjalan. Hal ini terlihat dari mobilitas masyarakat yang memicu perputaran roda perekonomian Indonesia. Kegiatan perekonomian di Indonesia bisa bertahan dengan baik jika protokol kesehatan terjaga.

“Pemerintah juga merasa optimis bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal keempat 2022 masih akan terus membaik walaupun di bawah 5,7 persen. Salah satu penggeraknya adalah Natal dan Tahun Baru 2023 yang akan membawa berkah tersendiri karena aktivitas masyarakat akan meningkat sehingga akan berpengaruh terhadap menggeliatnya konsumsi masyarakat,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper