Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah dan Mata Uang Asia Perkasa Lawan Dolar AS Jelang Pidato Powell

Selain rupiah yang perkasa, mayoritas mata uang di kawasan Asia juga terpantau menguat hari ini.
Karyawan memperlihatkan uang rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Jakarta, Rabu (6/72022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan memperlihatkan uang rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Jakarta, Rabu (6/72022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (30/11/2022), bersamaan dengan mayoritas mata uang di kawasan Asia lainnya.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan dengan penguatan sebesar 0,07 persen atau 11 poin ke Rp15.731,5 per dolar AS. Sampai pukul 15.04 WIB, indeks dolar AS terpantau melemah 0,25 persen atau 0,26 poin ke level 106,5.

Mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat. Penguatan dipimpin oleh ringgit Malaysia sebesar 0,91 persen, kemudian disusul won Korea Selatan yang menguat 0,65 persen, dan baht Thailand menguat 0,65 persen.

Rupee India juga menguat 0,28 persen, kemudian yuan China naik 0,25 persen terhadap dolar AS, dan yen Jepang menguat 0,10 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pergerakan indeks dolar AS hari ini dipengaruhi oleh optimisme terhadap prospek pelonggaran pembatasan di China, meskipun pergerakan tertahan menjelang pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell.

Powell diperkirakan akan memberikan lebih banyak isyarat tentang ekonomi AS dan jalur kebijakan moneter untuk sisa tahun ini ketika dia berbicara di sebuah acara di Washington.

“Pasar juga menunggu data payrolls utama AS akhir pekan ini. Sementara risalah pertemuan November Fed menunjukkan bahwa makin banyak anggota Fed mendukung kenaikan suku bunga yang lebih kecil dalam beberapa bulan mendatang,” kata Ibrahim dalam riset, Rabu (30/11/2022).

Sebanyak 63,5 persen pedagang memperkirakan bahwa Fed akan memperlambat laju kenaikan suku bunga setengah poin pada 14 Desember, dan peluang 36,5 persen untuk kenaikan 75 basis poin lainnya.

Di sisi lain, International Monetary Fund (IMF) memprediksi ekonomi global pada 2023 akan mengalami penurunan dari 6 persen di tahun 2021, menjadi 2,7 persen pada 2023 mendatang. Hal itu mengakibatkan adanya ancaman resesi di sejumlah negara.

“Berbagai faktor dinilai telah menyebabkan perlambatan, seperti pandemi Covid-19 yang berkepanjangan di beberapa negara, serta konflik bersenjata antara Rusia dengan Ukraina di belahan timur Eropa,” tambahnya.

Dari dalam negeri, pemulihan ekonomi di Indonesia sudah mulai berjalan. Hal ini terlihat dari mobilitas masyarakat yang memicu perputaran roda perekonomian Indonesia. Kegiatan perekonomian di Indonesia bisa bertahan dengan baik jika protokol kesehatan terjaga.

“Pemerintah juga merasa optimis bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal keempat 2022 masih akan terus membaik walaupun di bawah 5,7 persen. Salah satu penggeraknya adalah Natal dan Tahun Baru 2023 yang akan membawa berkah tersendiri karena aktivitas masyarakat akan meningkat sehingga akan berpengaruh terhadap menggeliatnya konsumsi masyarakat,” kata dia.

Dengan melihat faktor-faktor di atas, Ibrahim memperkirakan rupiah dibuka berfluktuatif pada perdagangan Kamis (1/12/2022), tetapi ditutup melemah di rentang Rp15.710—Rp15.770 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper