Bisnis.com, JAKARTA – Dolar AS naik terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (21/11/2022), memulihkan penurunan yang telah terjadi dalam perdagangan hari-hari sebelumnya. Peguatan mata uang Paman Sam seiring dengan pembatasan baru COVID-19 di China yang memicu kekhawatiran atas prospek ekonomi global dan membuat investor menghindari mata uang berisiko.
Pemerintah China memperingatkan pada Senin (21/11/2022) bahwa negaranya sedang menghadapi ujian paling parah dari pandemi COVID-19. Sehingga mengharuskannya menutup bisnis dan sekolah di distrik yang terkena dampak paling parah dan juga memperketat aturan untuk memasuki kota karena infeksi melonjak lebih tinggi di Beijing dan kota-kota lain.
Kasus-kasus baru itu telah meragukan harapan bahwa pemerintah dapat segera melonggarkan pembatasannya yang ketat. Kondisi itu membuat dolar AS menguat karena dipandang sebagai tempat berlindung yang aman di saat ketidakpastian ekonomi global.
Dolar naik 1,2 persen terhadap yen Jepang menjadi 142,085 yen, dengan laju kenaikan satu hari terbesar sejak 6 September. Euro turun 0,86 persen terhadap greenback menjadi 1,0235 dolar.
"Semua mata tertuju pada China hari ini dan kebijakan nol COVID mereka. Pedagang khawatir China dapat memperluas pembatasan mereka yang dapat memperlambat pertumbuhan dan mengancam inflasi yang lebih tinggi," kata John Doyle, wakil presiden transaksi dan perdagangan di Monex USA Mengutip Antara (22/11/2022)
"Kekhawatiran terlihat di seluruh kelas aset," kata Doyle menambahkan.
Baca Juga
Yuan di pasar domestik China dibuka pada 7,1451 per dolar dan melemah ke terendah 7,1708, level terlemah sejak 11 November 2022.
Dolar menemukan dukungan tambahan setelah Presiden Federal Reserve San Francisco Mary Daly mengatakan pada Senin (21/11/2022) bahwa bank sentral AS dapat menaikkan target suku bunga overnight di atas 5,0 persen jika inflasi tidak mereda, meskipun itu bukan hasil yang diharapkannya untuk kebijakan moneter.
Para analis juga mematok beberapa kekuatan dolar untuk rebound setelah aksi jual tajam selama beberapa minggu terakhir yang membuat indeks dolar tergelincir sebanyak 4,7 persen pada November.
"Saya melihat reli dolar pagi ini sebagai cerminan dari pelemahan baru-baru ini, bukan sebagai tanda bahwa ada sesuatu yang berubah," kata Kit Juckes, kepala strategi valas di Societe Generale.
Data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan analis juga telah mendorong harapan investor bahwa kenaikan suku bunga yang meningkatkan dolar oleh Federal Reserve dapat diatur untuk dimoderasi. Itu telah mendorong pedagang untuk mengambil untung dari posisi beli dolar yang ada.
Taruhan spekulan pada dolar AS berpindah ke posisi net short untuk pertama kalinya dalam lebih setahun, menurut perhitungan data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas yang dirilis pada Jumat (18/11/2022).
Investor juga masih menunggu uraian risalah dari pertemuan November Fed, yang akan dirilis pada Rabu (23/11/2022), sebagai petunjuk tentang prospek suku bunga.
Di tempat lain, uang kripto tetap di bawah tekanan, dengan bitcoin turun sekitar 3,0 persen menjadi 15.740 dolar AS, setelah menyentuh level terendah 2 tahun di 15.588 dolar AS pada awal sesi.
Industri kripto terus terhuyung-huyung dari keruntuhan busa kripto FTX, yang berutang kepada 50 kreditor terbesarnya hampir 3,1 miliar dolar AS, menurut data pengadilan dalam pengajuan kebangkrutan.