Bisnis.com, JAKARTA - Kekayaan Bandar Kripto FTX Sam Bankman-Fried hangus dalam hitungan hari usai bursa aset kripto FTX yang dia dirikan mengajukan kebangkrutan.
Kekayaan Sam Bankman-Fried (SBF) runtuh pada pekan ini setelah krisis likuiditas di salah satu afiliasinya. Dia juga gagal mencapai kesepakatan dengan Binance, rivalnya.
Dilansir dari Bloomberg, Minggu (13/11/2022), apa yang dialami oleh FTX saat ini mirip-mirip dengan skandal perusahaan energi AS Enron. Baik FTX maupun Enron dipimpin oleh sosok yang dinilai mempesona dengan prestasi teknisnya yang ajaib, yakni Bankman-Fried dan Jeff Skilling.
Keduanya mendapat pujian baik dari lembaga pers maupun lembaga keuangan. Namun, keduanya juga membuat kesalahan dalam menjaga momentum.
Industri kripto disebut membiarkan neraca perdagangannya bertumpu pada token yang memiliki ikatan dengan pemiliknya sendiri. Hal ini juga dilakukan oleh Enron dengan menggunakan sahamnya sendiri untuk menopang struktur pembiayaan.
John J. Ray III didapuk sebagai CEO FTX.com usai Bankman-Fried mengundurkan diri pada Jumat lalu. John yang merupakan mantan Direktur Utama Enron harus membersihkan kegagalan Enron pada awal 2000an.
Baca Juga
FTX tercatat telah mengumpulkan dana hingga US$4 miliar pada seluruh jaringan perusahaan yang terafiliasi. Beberapa di antaranya adalah Alameda Research yang didirikan bersama dengan Bankman-Fried, FTX Ventures, dan sebuah bursa terpisah untuk investor Amerika.
Keruntuhan FTX sejalan dengan banyak hal yang salah dalam pasar dan ruang teknologi pada era pandemi Covid-19. Runtuhnya FTX dipicu oleh rasa puas dan percaya diri terhadap kemampuannya.
Munculnya kripto sempat dipandang sebelah mata oleh para veteran di industri pasar modal. Investor kawakan asal Amerika Serikat Charlie Munger bahkan mengagumi negara China yang melarang adanya kripto. Bahkan penulis Black Swan, Nassim Nicholas Taleb menyamakan Bitcoin dengan tumor.
Sekarang hal ini menjadi kenyataan kala bank sentral AS alias The Fed mengetatkan kebijakan suku bunga. Pertumbuhan saham yang sangat spekulatif telah runtuh, menyeret dana yang diperdagangkan di bursa Ark Inovasi Cathie Wood.
Meski regulasi untuk pasar kripto sudah didepan mata, banyak perusahaan offshore kripto termasuk FTX membuat sekuritas dan komisi perdagangan terlibat dalam skandal ini.
Komisaris SEC M. Peirce mengakui kurang jelasnya aturan main kripto adalah kesalahan pihaknya mengingat para investor telah berulang kali meminta para regulator dan pengawas untuk memberikan kejelasan aturan daripada kripto.
Hal ini lantas menyebabkan pasar kripto dibiarkan berkembang dengan pengawasan yang terbatas.
“Tidak ada rezim aset digital holistik yang diterima secara global, dan itu menciptakan peluang besar,” kata Jay Wilson, direktur investasi di firma modal ventura AlbionVC yang berbasis di London.
Bursa kriptonya di AS, FTX.US, mengatakan pada Kamis bahwa pelanggan harus menutup posisi apa pun yang mereka inginkan dan perdagangan akan dihentikan dalam beberapa hari.
Di Bahama, tempat FTX.com berbasis, pihak berwenang membekukan aset anak perusahaan perdagangan lokalnya dan pihak terkait.
Saat ini, SBF juga harus menjalani pemeriksaan oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS atas pelanggaran aturan efek, menurut seorang sumber yang mengetahui permasalahan tersebut.
SBF masih berupaya mencari pendanaan senilai US$9,4 miliar dari investor yang juga pesaingnya seperti Justin Sun, pemilik OKX.