Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia diprediksi menguat menguji level resistance pada US$91, US$91,45 dan US$91,90 per barel.
Kenaikan harga disebut terdorong oleh melemah dolar AS setelah perilisan data tenaga kerja AS dan outlook ketatnya suplai bahan bakar.
Menurut riset Monex Investindo Futures, Kamis (7/11/2022), harga minyak berpeluang dibeli untuk menguji level resistance US$91,90 selama harga bertahan di atas level support US$89,70 per barel.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 14.53 WIB harga minyak WTI turun 1,57 persen yang membawanya pada posisi US$91,16 per barel sedangkan minyak Brent juga mengalami penurunan sebesar 1,29 persen dan parkir di level US$97,30 per barel.
Mengutip laporan Bloomberg, harga minyak mengalami penurunan setelah China mengisyaratkan tidak akan melonggarkan kebijakan zero covid.
Harga minyak tertekan dalam beberapa pekan terakhir karena beberapa hal yaitu investor berburu untuk mengukur prospek permintaan di China, dampak yang membayangi sanksi terhadap aliran Rusia di tengah perang di Ukraina, dan keputusan oleh OPEC+ untuk mengendalikan produksi mulai bulan ini.
Baca Juga
“Selain itu kekhawatiran tentang perlambatan global dan kebijakan moneter yang lebih ketat juga telah mengayunkan harga,” dikutip dari Bloomberg pada Senin (7/11/2022).
Sebagai informasi harga rata-rata minyak mentah Indonesia pada Oktober 2022 menunjukkan tren peningkatan dari bulan sebelumnya. Berdasarkan perhitungan formula Indonesian Crude Price (ICP), rata-rata ICP Oktober 2022 mencapai US$89,10 per barel atau naik US$3,03 per barel dari US$86,07 per barel pada September 2022.
Penetapan rata-rata ICP Oktober 2022 tercantum dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 151.K/MG.03/DJM/2022 tentang Harga Minyak Mentah Indonesia Bulan Oktober 2022 yang diteken 1 November 2022.
“Harga rata-rata minyak mentah Indonesia untuk bulan Oktober 2022 ditetapkan sebesar US$89,10 per barel,” demikian bunyi diktum keempat aturan tersebut seperti dikutip dari siaran pers, Kamis (3/11/2022).