Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Rokok Sampoerna (HMSP) hingga Gudang Garam (GGRM) Terimbas Cukai

Saham perusahaan rokok HMSP, GGRM, hingga WIIM terdampak rencana kenaikan cukai 10 persen pada 2023.
Saham perusahaan rokok HMSP, GGRM, hingga WIIM terdampak rencana kenaikan cukai 10 persen pada 2023. /Bisnis-Muhammad Faisal Nur Ikhsan
Saham perusahaan rokok HMSP, GGRM, hingga WIIM terdampak rencana kenaikan cukai 10 persen pada 2023. /Bisnis-Muhammad Faisal Nur Ikhsan

Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham emiten produsen rokok cenderung melemah setelah pemerintah mengumumkan kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk 2023 sebesar 10 persen.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya mengatakan kenaikan rata-rata tarif CHT sebesar 10 persen sejalan dengan kebijakan pada tahun-tahun sebelumnya. Dia memperkirakan kebijakan ini bakal kembali menekan margin perusahaan rokok.

“Dengan asumsi ada kenaikan upah pada tahun depan yang mengacu pada kenaikan PDB dan tingkat inflasi, kemungkinan daya beli akan lebih baik. Namun, dari sisi perusahaan tidak akan sejalan karena kenaikan tarif CHT bisa berimbas ke margin,” kata Christine, Kamis (3/11).

Dia memperkirakan volume penjualan rokok bisa tetap tumbuh didukung oleh perbaikan daya beli pada 2023. Kendati demikian, perusahaan rokok akan cenderung menahan kenaikan harga jual demi menjaga pangsa pasar.

“Biasanya mereka tidak langsung pass on ke konsumen dan cenderung bertahap sembari mengecek apakah kompetitor melakukan hal yang sama. Jika kompetitor tidak menaikkan harga dan perusahaan menaikkan harga, mereka bisa kehilangan pangsa pasar,” katanya.

Meski demikian, Christine berpandangan kenaikan tarif CHT untuk rokok jenis SKT yang cenderung lebih rendah dari SKM dan SPM bisa menguntungkan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP). Alasannya, segmen SKT entitas usaha Philip Morris itu cenderung tumbuh.

Pada akhir pekan lalu, Jumat (4/11/2022), saham HMSP memimpin penurunan dengan koreksi 3,59 persen saat penutupan sehingga membawa harga sahamnya ke 940. HMSP terpantau bergerak di zona merah sepanjang perdagangan di rentang 920—965 dengan frekuensi transaksi mencapai 5.926 kali. Sebanyak 64,29 juta saham HMSP diperdagangkan dan total nilai transaksi menyentuh Rp60,4 miliar.

Saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM) menyusul dengan penurunan 3,09 persen sehingga parkir di 785 per saham. Saham WIIM diperdagangkan 699 kali dengan total nilai transaksi Rp4,58 miliar di rentang harga 780—820.

PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) juga terkoreksi di penutupan perdagangan dengan penurunan 2,69 persen sehingga parkir di 22.650 per saham. Sebanyak 1,65 juta saham GGRM diperdagangkan di bursa dalam 3.816 transaksi senilai Rp37,42 miliar. Sebagaimana HMSP, GGRM bertahan di zona merah sepanjang perdagangan di kisaran 22.475 dan tertinggi 23.275.

Selanjutnya saham PT Indonesian Tobacco Tbk. (ITIC) terpantau melemah 2,13 persen sehingga berada di level 276 per saham. Saham emiten dengan kapitalisasi Rp259,64 miliar itu diperdagangkan di rentang harga 274—284 dalam 170 transaksi dengan nilai total Rp205,85 juta.

Sebagaimana diketahui, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengumumkan bahwa CHT rokok akan naik rata-rata 10 persen pada 2023 dan 2024. Dia mengatakan kenaikan tarif CHT akan bervariasi tergantung pada golongannya.

Kenaikan tarif untuk sigaret kretek mesin (SKM) golongan I dan II bakal berada di rentang 11,5 persen hingga 11,75 persen. Sementara itu, kenaikan tarif sigaret putih mesin (SPM) golongan I dan II berkisar 11 persen sampai 12 persen. Kemudian, kenaikan untuk sigaret kretek tangan (SKT) golongan I dan II berkisar 5 persen.

Sri Mulyani menyebutkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga meminta agar kenaikan tarif tidak hanya berlaku pada CHT, tetapi juga rokok elektrik dan produk hasil pengolahan hasil tembakau lainnya (HPTL). Untuk rokok elektrik, sambung Menkeu, kenaikan tarif cukai akan terus berlangsung setiap tahun selama lima tahun ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper