Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Kuartal III/2022 Moncer, Buy on Weakness Saham PGAS

Analis merekomendasikan buy on weakness (BoW) saham PGAS dengan perkiraan support pada 1.835 dan 1,800, sedangkan level resistance pada 1.975-2.000.
Petugas mengawasi pipa gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN). Istimewa/PGN
Petugas mengawasi pipa gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN). Istimewa/PGN

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten anak usaha Pertamina, PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS), menutup perdagangan melemah 4,88 persen pada hari ini, Senin (7/11/2022). Sahamnya, memiliki kesempatan berbalik memantul melanjutkan trend penguatan.

Berdasarkan data RTI, saham PGAS masuk dalam 4 besar jajaran saham paling banyak diperdagangkan dengan total nilai perdagangan sebesar Rp446,9 miliar dengan volume mencapai 222,6 juta saham.

Saham PGAS mengalami pelemahan sejak awal perdagangan hari ini hingga ditutup melemah 4,88 persen atau 95 poin ke level 1.850. Selama perdagangan hari ini rentang pergerakan saham PGAS pada 1.840-1.925.

Adapun, kapitalisasi pasarnya mencapai Rp44,85 triliun. Secara tahun berjalan harga sahamnya masih meningkat 34,55 persen.

Equity Analyst Sinarmas Sekuritas Mayang Anggita menerangkan PGAS menghadapi uji Support MA50 di 1.835, sebelum melanjutkan pelemahan menuju lower dedge di seputaran 1.800.

"Level ini diharapkan mampu menopang pergerakan PGAS, demi mempertahankan trend naik tetap solid. Target berada pada titik previous high 1.975 sampai dengan resistance psikologis 2.000," urainya kepada Bisnis, Senin (7/11/2022).

Mayang pun merekomendasikan buy on weakness (BoW) saham PGAS dengan perkiraan support pada 1.835 dan 1,800, sedangkan level resistance pada 1.975-2.000.

Pelemahan saham PGAS terjadi di tengah pengumuman data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang naik 5,72 persen. Namun, sentimen negatif bagi PGAS berasal dari harga minyak dunia yang ambles pada perdagangan Senin (7/11/2022) ini.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Desember sempat melemah 1,4 persen ke level US$91,28 per barrel. Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk pengiriman Januari terkoreksi 1,1 persen ke level US$97,50 per barel.

Harga minyak WTI terpantau turun pada awal pekan setelah melesat lebih dari 5 persen minggu lalu. Reli harga ini utamanya ditopang oleh spekulasi pasar terkait pelonggaran kebijakan lokcdown pemerintah China dan melemahnya dolar AS.

Namun, harapan tersebut pupus setelah pemerintah China menegaskan kebijakan lockdown nya guna menaati protokol pencegahan virus corona. Strategi zero Covid China dilakukan dengan lockdown wilayah dan tes besar–besaran untuk mencegah penularan virus corona.

Sentimen positif dari kinerja kuartal III/2022 PGAS. Emiten yang sahamnya 56,96 persen dimiliki Pertamina ini berhasil mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$310,52 juta atau setara Rp4,88 triliun pada kuartal III tahun 2022

Pertumbuhan laba tersebut sebesar 8,39 persen jika dibanding dengan periode sama tahun lalu yang tercatat US$ 286,21 juta.

Kenaikan laba bersih tersebut sejalan dengan peningkatan pendapatan bersih perseroan sebesar 17,17 persen dari US$ 2,25 miliar menjadi US$ 2,64 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan, manajemen PGAS menyebutkan pendapatan perseroan ditopang oleh tiga segmen usaha, yakni niaga dan transmisi gas, eksplorasi dan produksi migas, serta operasi lainnya.

Sepanjang sembilan bulan pada 2022, segmen bisnis niaga dan transmisi membukukan pendapatan sebesar US$ 2,13 miliar, disusul eksplorasi dan produksi migas US$ 489,31 juta, serta operasi lainnya US$ 249,56 juta. Pendapatan dari ketiga segmen usaha tersebut mengalami peningkatan dibanding Januari-September 2021 yang masing-masing sebesar US$ 2,03 miliar, US$ 246,19 juta, dan US$ 234,37 juta.

Seiring dengan pendapatan yang meningkat, beban pokok penjualan juga mengalami peningkatan sebesar 15 persen yaitu dari US$ 1,81 miliar di kuartal III tahun 2021 menjadi US$ 2,03 miliar pada periode sama 2022.

Laba bruto perusahaan pelat merah tersebut juga mengalami peningkatan 38,27 persen yaitu US$ 607,01 juta dibanding periode tahun sebelumnya US$ 439,48 juta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper