Bisnis.com, JAKARTA - PT Hotel Sahid Jaya International Tbk. (SHID) melakukan renovasi fasilitas hotel sebagai upaya mencapai target pada kuartal IV tahun 2022.
Direktur Utama Hotel Sahid Jaya Hariyadi Sukamdani mengatakan renovasi akan dilakukan bertahap sebagai persiapan akhir tahun, atau masa liburan akan datang. Renovasi ini disebut akan membuat produk dan layanan yang ditawarkan SHID lebih baru dan fresh.
“Kenapa harapan kita bahwa dengan produk yang lebih baru yang lebih fresh maka dari sisi pemasaran juga akan lebih lebih lebih baik gitu loh bisa lebih tinggi jualannya,” katanya menjawab pertanyaan Bisnis, Kamis (3/11/2022).
Selain itu SHID juga sedang menggencarkan promosi melalui berbagai event seperti promosi wedding, promosi pada car free day hinggga memberikan loyalty beberapa program untuk pelanggan.
Saat ini SHID sedang merenovasi 29 ruang meeting yang terdiri dari ukuran kecil dan besar dan 140 kamar hotel. Alhasil Hariyadi mantap mengatakan jika perusahaan tidak akan terdampak terlalu besar dari ancaman resesi global.
Sebagai informasi, berdasarkan laporan keuangan pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI), SHID merinci pendapatan usaha tumbuh menjadi Rp53,55 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp51,21 miliar.
Baca Juga
Pendapatan tersebut disokong oleh pendapatan sewa kamar Rp20,31 miliar, makanan dan minuman sebesar Rp26,03 miliar, sewa ruangan toko 1,69 miliar, dan sewa serta service apartemen sebesar Rp715,3 juta.
Pada kuatal III/2022, SHID memiliki beban pokok penjualan sebesar Rp19,85 miliar, melambung 21,8 persen dari kuartal III tahun 2021 lalu yang tercatat Rp16,29 miliar. Sejalan dengan beban usaha yang mengalami peningkatan sebesar 13,84 persen dari Rp53,80 miliar menjadi Rp61,25 miliar.
Alhasil, SHID mengalami kerugian sebesar Rp35,27 miliar. Aset perseroan turun tipis sebesar 4,01 persen. Tercatat pada laporan keuangan kali ini, SHID memiliki aset senilai Rp1,29 triliun.
Terkait dengan kerugian yang dialami SHID, Hariyadi menjelaskan jika kerugian tersebut disebabkan oleh cost yang harus dibayarkan. Sedangkan untuk pertumbuhan penjualan SHID cukup stabil, terutama potensi bidang food and beverage.
“Kerugian itu lebih banyak karena cost, sebetulnya nanti di tutup tahun mudah-mudahan lebih baik jadi lebih kepada biayanya yang lain,” lanjutnya.
Optimisme tersebut juga didorong oleh okupansi hotel saat ini, di mana rata-rata okupansi mencapai 50 persen. Angka ini disebut Hariyadi masih memiliki potensi untuk lebih ditingkatkan.