Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar Euro tergelincir lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Jumat pagi WIB, di bawah dolar AS setelah Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga dan data AS menunjukkan bahwa ekonomi terbesar dunia itu rebound. Akankah rupiah bakal ikut terpengaruh?
ECB menaikkan suku bunga simpanan 75 basis poin menjadi 1,5 persen, tertinggi sejak 2009, dalam upaya untuk mencegah pertumbuhan harga-harga yang cepat mengakar. Kenaikan suku bunga lebih lanjut hampir pasti, tetapi dengan ekonomi yang melemah, langkahnya bisa diperdebatkan.
Sementara risiko terhadap prospek pertumbuhan zona euro telah bergeser ke sisi negatifnya, bank sentral telah membuat kemajuan substansial dalam menghapus akomodasi moneter melalui tiga kenaikan suku bunga berturut-turut, kata Presiden ECB Christine Lagarde pada konferensi pers.
"Secara keseluruhan, Lagarde tampaknya telah mengindikasikan perubahan arah tanpa secara eksplisit mengatakan banyak," kata ahli strategi valuta asing di TD Securities dikutip dari Antara (28/10/2022).
Angka PDB yang lebih kuat dari perkiraan mengikuti serangkaian data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan dalam beberapa pekan terakhir yang telah menimbulkan kekhawatiran tentang dampak kenaikan suku bunga agresif Federal Reserve terhadap perekonomian.
"Terlepas dari angka utama yang mengkilat, pandangan di balik layar menunjukkan gambaran yang jauh lebih suram dari ekonomi AS, yang jelas-jelas kehilangan tenaga," kata Sal Guatieri, ekonom senior di BMO Capital Markets di Toronto.
Baca Juga
The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan semalam sebesar 75 basis poin menjadi 1,5 persen, tertinggi 13 tahun, pada pertemuan kebijakan 1-2 November. Bank sentral juga kemungkinan akan menarik subsidi utama ke bank-bank komersial.
Spekulasi bahwa Fed akan berubah arah dari sikap hawkish yang dimulai pada pertemuan kebijakan Desember telah menyebabkan greenback menurun dalam beberapa hari terakhir dan rebound Kamis (27/10/2022) adalah wajar, kata para analis.
"Sedikit profit-taking pada level ini tidak pernah terdengar," kata Alvin Tan, kepala strategi Asia FX di RBC Capital Markets. "Sejak Senin (24/10/2022), euro-dolar telah naik sekitar 2,2 persen, jadi kami memiliki pergerakan dolar yang cukup besar selama dua hari terakhir."