Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah dan Yuan China Kompak Melemah Dihantam Dolar AS Hari Ini

Rupiah dan yuan China hari ini kompak melemah, sementara mata uang lainnya di Asia masih mencatatkan penguatan.
Karyawan memperlihatkan uang rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Jakarta, Rabu (6/72022). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan memperlihatkan uang rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Jakarta, Rabu (6/72022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Rupiah ditutup melemah pada perdagangan Kamis (27/10/2022), ditekan penguatan indeks dolar AS.

Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 4 poin atau 0,03 persen ke Rp15.567 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,13 persen ke 109,84.

Bersama dengan rupiah, hanya yuan China yang melemah 0,87 persen, sementara mata uang lainnya di Asia masih mencatatkan penguatan.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyebutkan, dolar AS berdiri mendekati level terendah lebih dari satu bulan terhadap sekeranjang mata uang pada Kamis, di tengah meningkatnya harapan bahwa Federal Reserve AS akan beralih ke kenaikan suku bunga yang kurang agresif untuk meredam risiko resesi.

"Menjelang pertemuan FOMC minggu depan, pasar masih mengharapkan kenaikan 75 basis poin, meskipun sentimen membangun bahwa Fed akan memilih kenaikan yang lebih kecil pada Desember," jelasnya dalam riset harian, Kamis (27/10/2022).

Adapun, data perumahan yang dirilis minggu ini, yang menunjukkan bahwa harga rumah keluarga tunggal AS merosot pada bulan Agustus dan penjualan rumah keluarga tunggal baru AS turun pada bulan September, memberikan lebih banyak bukti bahwa siklus pengetatan agresif Fed sudah memperlambat ekonomi.

Selanjutya, dari sisi internal, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal III/2022 akan mencapai 5,5 persen secara tahunan (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi kuartal II/2022 yang tumbuh 5,44% (YoY).

Target pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2022 yang dinilai masih kuat tersebut, karena melihat produksi dan konsumsi masyarakat yang masih meningkat di tengah pemulihan ekonomi.

Adapun dari data BI, hingga Agustus 2022 kredit perbankan tumbuh 10,62 persen (yoy), mencakup kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi.

Selain itu, sektor produksi yang juga menyumbang perekonomian tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur yang pada Agustus 2022 mencapai level 51,7, naik tipis dari posisi Juli yang sebesar 51,3. Artinya industri manufaktur di dalam negeri dalam posisi ekspansi.

Konsumsi masyarakat juga meneruskan keyakinan. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Agustus 2022 yang berada pada level 124,7, meningkat dibandingkan Juli yang berada pada level 123,2.

"Meskipun terdapat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak bersubsidi dan Pertamax pada September, konsumsi masyarakat juga terjaga. Apalagi pemerintah juga mengalokasikan anggaran belanja bantuan sosial untuk kelompok rentan di dalam negeri, yang berjumlah Rp24 triliun untuk memitigasi dampak kenaikan inflasi, sehingga bisa menopang konsumsi kelompok masyarakat kelas bawah," paparnya.

Untuk perdagangan besok, Jumat (27/10/2022), Ibrahim memprediksikan rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.550 - Rp15.590 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper