Bisnis.com, JAKARTA – Penerbitan obligasi korporasi per kuartal III/2022 mencapai rekor tertinggi dengan sektor yang aktif seperti finansial, perbankan, telko dan infrastruktur.
Berdasarkan data Pefindo, obligasi korporasi yang terbit sampai dengan September 2022 telah mencapai Rp131,94 triliun, melesat 70,11 persen secara tahunan dari Rp77,56 triliun.
Adapun, penerbitan obligasi juga masih ramai dengan nilai mandat emisi yang telah diterima namun belum terealisasi per 30 September 2022 adalah sebesar Rp39,32 triliun. Jumlah tersebut didapat dari 29 perusahaan yang berasal dari beragam sektor.
Chief Investment Officer Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula menyebutkan kedepannya masih ada potensi penerbitan tergantung dengan kebutuhan perusahaan untuk ekspansi dan modal kerja.
“Sektor finansial masih akan menjadi paling aktif mengingat kebutuhan untuk refinancing,” jelasnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (26/10/2022).
Sampai dengan akhir September 2022, sektor keuangan sendiri menyumbang penerbitan obligasi dengan total emisi Rp22,75 triliun. “Sementara untuk kupon obligasi korporasi akan tergantung level imbal hasil SBN untuk tenor yang sama,” imbuhnya.
Baca Juga
Senada, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menyebutkan dari sisi jumlah tahun ini jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun kemarin, karena selama pandemi banyak emiten yang menahan ekspansi.
“Dengan tumbuhnya ekonomi yang semakin baik, pertumbuhan setelah resesi mulai akhir tahun kemarin mulai pulih, sehingga banyak perusahaan mulai ekspansi kembali, dan akhirnya banyak obligasi korporasi yang kembali terbit, di sisi lain cost of fund cukup rendah,” kata dia.
Penerbitan obligasi terbanyak terjadi pada semester I/2022 hingga awal semester II/2022. Namun, beberapa bulan terakhir agak tertekan karena kenaikan suku bunga, baik dari The Fed dan Bank Indonesia sehingga tekanan terhadap pasar obligasi kembali tinggi.
“Tantangan bagi korporasi ke depan adalah di cost of fund yang naik mengikuti tren suku bunga yang naik,” jelasnya.
Adapun, yang bisa menjadi pertimbangan bagi investor ke depan adalah historisnya, bagaimana kemampuan emiten untuk membayar, rating, dan keaktifan menerbitkan obligasi. Pasalnya, emiten yang aktif menerbitkan obligasi akan lebih dipercaya dan lebih mudah diterima.
Sampai saat ini, obligasi korporasi dikuasai financial, banking dan multifinance sekitar 60 persen, dan mereka termasuk aktif menerbitkan obligasi dan diterima masyarakat. Sektor lainnya telko, dan infrastruktur juga masih sangat baik.
Di samping itu, risiko yang dihadapi ke depan antara lain kenaikan suku bunga, yang berpotensi menekan harga, dan kondisi emiten pada kemampuan membayar pokok ke depan.