Bisnis.com, JAKARTA - Emiten bank digital, PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) mengembangkan platform pinjaman onlie (pinjol), Tunaiku, sekaligus pengembangan dari kehadiran pemegang saham baru Investree.
Executive Vice President Finance Amar Bank David Wirawan mengatakan telah menerima banyak ulasan dan komentar positif dari analis ekuitas.
"Amar Bank tetap benar-benar fokus untuk mengembangkan platform pinjaman digitalnya, Tunaiku, yang dilengkapi dengan aplikasi bank cerdas khusus seluler berbasis cloud, Senyumku," ungkapnya dalam keterangan resmi, Minggu (16/10/2022).
Amar Bank telah membuktikan kemampuan teknologi melayani konsumen dan usaha mikro yang kurang terlayani, dan kerjasama dengan Investree akan memperluas target pasar bank mencakup segmen UKM, yang pada akhirnya akan meningkatkan profitabilitas di tahun-tahun mendatang.
Surya Fajar Sekuritas (SFS) baru-baru ini menerbitkan laporan riset ekuitas melihat beberapa perkembangan positif yang diharapkan dapat dilihat oleh investor pada tahun 2023.
Pertumbuhan nilai yang tercipta atas sinergi antara Amar Bank dan Investree, yang saat ini memiliki 18,4 persen saham AMAR.
Baca Juga
Laporan optimistis tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa sinergi AMAR dengan Investree akan memperluas target pasarnya ke segmen pelanggan yang lebih besar dan saling melengkapi.
Secara khusus, Investree menargetkan segmen kredit usaha kecil dan menengah (UKM) yang belum terlayani, yang kini dapat dilayani melalui AMAR, sementara AMAR terus bertumbuh pesat di segmen kredit konsumer dan bisnis mikro melalui platform pinjaman digitalnya, Tunaiku.
Pada tahun 2016-2021 AMAR merealisasikan CAGR 96 persen dalam penyaluran pinjaman melalui Tunaiku, dari hanya Rp73 miliar pada 2016 menjadi Rp2,1 triliun pada 2021.
"Kami memperkirakan pendapatan bunga bersih dan laba bersih AMAR tumbuh sebesar 32,2 persen dan 17,4 persen CAGR masing-masing pada tahun 2023--2027, berdasarkan CAGR 27,7 persen dalam penyaluran pinjaman," ungkap riset tersebut.
Laporan tersebut menyoroti bahwa pada tahun 2023, AMAR diperkirakan akan mencatat laba bersih sebesar Rp 150,9 miliar, didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 49 persen yoy.
Laporan tersebut lebih lanjut menyoroti bahwa saat ini segmen konsumer dan bisnis mikro berkontribusi sekitar 87 persen dari total pinjaman AMAR, sedangkan segmen korporasi besar berkontribusi 13 persen.
Kolaborasi dengan Investree akan memungkinkan AMAR untuk mengakses segmen UKM dan memungkinkan bank untuk mempertahankan pertumbuhan dan diversifikasi kredit yang kuat ke depan.
Masuknya AMAR ke segmen UKM diharapkan dapat mendorong pertumbuhan yang signifikan, mengingat segmen tersebut di Indonesia sangat besar namun masih belum terlayani.
Berdasarkan data Asian Development Bank, segmen UKM menyumbang 61% dari PDB Indonesia dan juga menyumbang lebih dari 96% dari total perusahaan dan karyawan di negara ini. Oleh karena itu, UKM memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia.
Namun, pinjaman yang diberikan kepada segmen UKM masih kurang dari 20% berdasarkan total pinjaman yang disalurkan di Indonesia. Sebagai bank digital yang dipadukan dengan kemampuan Investree, AMAR diharapkan dapat melayani dan meningkatkan akses keuangan bagi UKM Indonesia.
Dalam hal penilaian, laporan tersebut mengeluarkan rekomendasi beli untuk AMAR dengan target harga Rp460, menggunakan Model Pertumbuhan Gordon, dengan asumsi biaya ekuitas 10,2 persen, dan tingkat pertumbuhan normal 9,7 persen. Target harga analis SFS sebesar Rp460 menyiratkan tahun penuh 2023 2,6x P/B.
Saat ini AMAR diperdagangkan pada tahun penuh 2023 1,5x P/B. Pada 2021, AMAR diperdagangkan pada kisaran penilaian 2,0x P/B. Secara rata-rata, valuasi bank digital pada 2021 mencapai 21,3x.