Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Turun 5 Sesi ke 6.880, Saham BUMI, BBCA, BBRI Paling Laris

IHSG parkir pada posisi 6.880,62 atau melemah 0,41 persen, turun 5 sesi beruntun.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHS) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHS) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada perdagangan Kamis (13/10/2022), membuat tren penurunan 5 sesi beruntun.

Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 15.15 WIB IHSG parkir pada posisi 6.880,62 atau melemah 0,41 persen. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada rentang 6.880,62-6.933,70.

Tercatat, 203 saham menguat, 340 saham melemah dan 147 saham bergerak ditempat. Kapitalisasi pasar terpantau turun ke posisi Rp9.106,84 triliun.

Emiten batu bara PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) terpantau menjadi saham yang paling aktif diperdagangkan hari ini dengan nilai transaksi Rp536 miliar. Saham BUMI tercatat melemah 0,59 persen ke level 169.

Saham lain yang terpantau paling aktif diperdagangkan adalah PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) senilai Rp517 miliar, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) senilai Rp457 miliar.

Sementara itu, saham dengan penurunan terdalam adalah saham PT Cilacap Samudera Fishing Industry Tbk. (ASHA) yang turun 6,93 persen ke level 188. Selain itu, saham emiten batu bara PT Black Diamond Resources Tbk. (COAL) juga menjadi saham dengan penurunan tertinggi, yakni 6,88 persen ke level 352.

Sebelumnya, Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang menjelaskan setelah hanya diberikan nafas satu hari menguat di hari Selasa, Indeks DJIA kembali terjungkal sebesar 0,1 persen sementara Indeks Nasdaq berlanjut turun hari keenam di perdagangan Rabu seiring cukup mengejutkannya rilis data Producer Price Index (PPI) September meningkat ke level 8,5 persen, sedikit di atas konsensus ekonom di 8,4 persen.

Selain itu, hasil pertemuan The Fed yang mengindikasikan akan tetap melanjutkan kebijakan suku bunga tinggi untuk memerangi inflasi yang diperkirakan masih cukup kuat ke depannya.

"Kejatuhan Indeks DJIA tersebut berpotensi menjadi sentimen negatif bagi perdagangan Kamis ini. Selain itu, tekanan jual di Bursa Indonesia berpotensi masih tetap terjadi menyusul jatuhnya harga beberapa komoditas," ungkapnya dalam riset, Kamis (13/10/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper