Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah hari ini melanjutkan pelemahan pada awal perdagangan Selasa (11/10/2022) di tengah penguatan indeks dolar AS.
Mengutip data Bloomberg, rupiah terpantau melemah 0,44 persen atau 67 poin ke Rp15.318 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS terpantau menguat 0,13 persen ke 112,94.
Bersama dengan rupiah, sejumlah mata uang lainnya di Asia juga melemah seperti dolar Singapura yang melemah 0,06 persen, dolar Taiwan melemah 0,70 persen, won Korea Selatan melemah 0,48 persen, dan ringgit Malaysia melemah 0,45 persen.
Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan menguatnya mata uang dolar AS menyusul kuatnya laporan pekerjaan AS yang membuat bank sentral AS alias The Fed hawkish. Adapun kekhawatiran atas kondisi geopolitik yang tidak stabil di Eropa dan Asia mendorong perdagangan ke safe haven dolar.
Data departemen tenaga kerja AS menunjukkan nonfarm payrolls naik diatas ekspektasi pada September 2022. Sementara itu, angka pengangguran juga turun dibandingkan Agustus 2022.
Laporan tersebut menunjukkan tangguhnya tenaga kerja AS sehingga The Fed mendapat ruang untuk mengetatkan kebijakan secara tajam guna melawan inflasi.
Baca Juga
Pasar juga memperkirakan The Fed akan menekan suku bunga sebesar 75 basis poin pada bulan depan. Kini pasar tengah mengunggu data IHK AS untuk bulan September yang diharapkan menjadi faktor dalam rencana pengetatan kebijakan The Fed.
"Angka inflasi yang lebih kuat dari perkiraan pada bulan Agustus telah mengguncang pasar dan mendorong dolar," ujar Ibrahim dalam risetnya pada Senin (10/10/2022).
Sementara itu, mengutip Bloomberg, Selasa (11/10/2022) indeks dolar AS pada penutupan perdagangan Senin menguat terhadap hampir semua mata uang utama di tengah tanda-tanda eskalasi baru dalam perang Rusia-Ukraina. Di Inggris, turbulensi mencengkeram pasar emas, dengan aksi jual yang semakin cepat meskipun Bank of England memperpanjang langkah-langkah daruratnya.
Suasana pasar dinilai tetap rapuh menjelang data inflasi AS pada Kamis (13/10/2022). Pembacaan inflasi yang lebih panas dari perkiraan, berada di atas angka tenaga kerja yang kuat minggu lalu, akan menambah tekanan pada The Fed untuk memperpanjang kenaikan suku bunga 75 basis poin di luar tahun ini.