Bisnis.com, JAKARTA – Laporan Global Investor Study 2022 dari Schroders menyebutkan, kesadaran masyarakat Indonesia untuk berinvestasi pada produk – produk dengan prinsip berkelanjutan mulai meningkat.
Adapun, dalam laporan tersebut yang dikutip pada Minggu (9/10/2022), disebutkan bahwa investor di Indonesia tertarik masuk pada dana investasi berkelanjutan sebagian karena alasan lingkungan.
Studi tahunan yang menyurvei lebih dari 23.000 orang di 33 lokasi global, termasuk Indonesia, tersebut menemukan 54 persen responden Indonesia tertarik masuk ke dana investasi berkelanjutan karena dampak lingkungan yang lebih luas.
Sementara itu, 58 persen responden juga mengatakan dana investasi berkelanjutan dinilai menarik karena prinsip – prinsip kemasyarakatannya.
Di sisi lain, tingkat keuntungan atau return masih menjadi fokus utama investor Indonesia.
“Sebanyak 66 persen masyarakat masih mencari dana investasi yang berfokus pada return sekaligus mengintegrasikan faktor – faktor berkelanjutan,” demikian kutipan laporan tersebut.
Baca Juga
Menyusul di belakangnya, 43 persen responden mencari produk investasi dengan karakteristik berkelanjutan, misalnya jejak karbon. Kemudian 33 persen responden memilih produk investasi yang berupaya memberi imbas positif bagi manusia dan/atau planet ini.
Laporan dari Schroders juga menyebutkan investor – investor Indonesia merasa penting untuk terlibat dengan perusahaan dalam isu seperti modal alam dan keragaman hayati.
Tiga masalah terpenting yang diharapkan responden Indonesia kepada para manajer investasi asing adalah terlibat dengan perusahaan pada bidang manajemen sumber daya manusia sebesar 76 persen, disusul oleh modal alam dan keanekaragaman hayati (65 persen), dan iklim (62 persen).
Selanjutnya, para investor Indonesia juga mencari personalisasi yang lebih besar dan edukasi ketika masuk ke produk berkelanjutan.
“Sebesar 54 persen responden mengatakan kemampuan untuk memilih produk yang sesuai dengan preferensi keberlanjutan menjadi faktor utama yang mendorong investor untuk meningkatkan investasi berkelanjutannya,” lanjutnya.
Sementara, 48 persen mengatakan telah mendapatkan lebih banyak edukasi terkait investasi berkelanjutan. Selanjutnya, 47 persen investor masuk ke jenis produk ini karena adanya data atau bukti terkait return investasi berkelanjutan yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk biasa.
Adapun, sebanyak 55 persen investor Indonesia mengatakan kurangnya transparansi dan data terkait dampak investasi menjadi faktor utama yang menghalangi peningkatan minat investasi berkelanjutan.
Sementara itu, 47 persen responden menyatakan definisi terkait investasi berkelanjutan dinilai belum jelas dan masih perlu disepakati bersama. Terakhir, 39 persen masyarakat masih khawatir terkait kinerja produk berkelanjutan.