Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Tembus Rp15.200, Cermati Sektor Saham CPO dan Batu Bara

Peningkatan ekspor CPO dan batu bara dinilai dapat menjadi obat penangkal dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (12/9/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (12/9/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Peningkatan ekspor CPO dan batu bara dinilai dapat menjadi obat penangkal dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Adapun pada perdagangan hari ini rupiah tembus ke level Rp15.233 pada pembukaan hari ini.

Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan peningkatan ekspor masih menjadi andalan bagi surplus neraca perdagangan Indonesia. Liza menilai komponen ekspor memiliki peranan penting khususnya untuk komoditas crude palm oil (CPO)

“Apabila harganya bisa bangkit dari posisi saat ini di sekitar 3.460, maka akan semakin memperbesar nilai ekspor kita,” ujar Liza kepada Bisnis pada Kamis (29/8/2022).

Lebih lanjut, Liza mengatakan ada kemungkinan sektor batu bara memiliki kesempatan untuk merambah pasar Eropa. Hal ini lantaran saat ini Eropa masih dilanda krisis energi.

Dengan mulai masuknya musim dingin di Eropa, para negara benua biru tidak memiliki banyak pilihan selain membuka kembali Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan bahan bakar batu bara. 

Beberapa negara di Eropa belakangan ini tengah berencana untuk pensiun dari batu bara dan beralih ke energi baru terbarukan (EBT). Namun, hal ini sepertinya harus ditunda lantaran adanya krisis energi.

Menurut Liza, menjelang kuartal IV/2022, dolar AS akan diburu lantaran banyaknya perusahaan yang akan dikejar deadline pelunasan utang tahunan. Hal ini belum lagi ditambah dengan adanya peningkatan belanja negara dan masyarakat pada akhir tahun.

Liza juga mengingatkan bank sentral AS alias Federal Reserve (The Fed) kemungkinan masih akan menaikan suku bunga acuan pada bulan November dan Desember masing-masing 50bps.

Secara tren, dolar AS disebut tengah mengalami tren naik dan tidak bisa diharapkan terlalu rendah. Support terdekat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada pada kisaran Rp15.100 sampai Rp15.040.

“Jadi tidak berlebihan rasanya apabila kita sudah harus membiasakan diri dengan "new normal" USD/IDR di sekitar Rp15.000 ke atas,” jelas Liza.

Sementara itu, Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan efek pelemahan rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih belum terasa. Para investor disebut masih akan menunggu adanya laporan keuangan kuartal III/2022 untuk memproyeksikan pendapatan di 2022.

“Disisi Lain FDI (Foreign Direct Investment) masih mengalir ke indonesia dan neraca perdagangan masih surplus sehingga rupiah relatif lebih tahan dibanding mata uang lain,” ujar Wawan kepada Bisnis pada Kamis (29/9/2022).

Tembusnya rupiah hingga Rp15.000 lebih disebut menguntungkan emiten pada sektor komoditas seperti nikel dan batu bara. Sementara itu, Wawan menilai sektor yang dirugikan dengan kuatnya dolar AS adalah sektor bahan baku seperti farmasi, consumer goods, dan manufaktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper