Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Menteri I BUMN Pahala Nugraha Mansury menerangkan Kementerian BUMN memagari dua BUMN Pertamina dan PLN terhadap kewajiban dalam bentuk dolar AS di bawah 25 persen. Pelemahan rupiah membuat biaya kewajiban berbentuk dolar AS menjadi lebih mahal.
Pahala menerangkan dua BUMN energi ini memiliki posisi selama ini kalau terjadi depresiasi menyebabkan adanya potensi efek kerugian. Pertamina dan PLN memiliki posisi kewajiban dalam bentuk dolar AS yang cukup tinggi.
"Kami selalu memastikan bahwa posisi hedging mereka dibandingkan dengan kewajibannya itu sesuai apa yang digariskan kurang lebih 25 persen dari kewajiban dalam bentuk dolar AS yang tidak memiliki posisi untuk bisa dicover dalam kewajiban tersebut itu memang memiliki posisi untuk bisa di-hedge," terangnya, dikutip Kamis (29/9/2022).
Dengan kewajiban berbentuk dolar AS maksimal 25 persen dari total tersebut terus dijaga, baik untuk Pertamina maupun PLN. Bahkan, dia menerangkan dalam beberapa kasus ketika terjadi depresiasi itu diharapkandapat meningkatkan di atas posisi 25 persen.
Lebih lanjut, terangnya, jika melihat kinerja laba bersih kedua BUMN tersebut hingga Semester I/2022 memiliki kondisi yang baik.
"PLN khususnya memang kalau kita lihat tetap memiliki posisi sangat baik, dibandingkan dengan rencana awal, sampai dengan pertengahan tahun bahkan memiliki pembukuan laba jauh di atas apa yang kami anggarkan untuk satu tahun penuh," katanya.
Baca Juga
Dengan berbekal posisi laba bersih yang baik tersebut, dia berharap pelemahan rupiah dapat diserap sehingga tidak begitu berdampak terhadap kinerja keseluruhan kedua BUMN energi tersebut.
Di sisi lain, Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan PLN terus mengurangi porsi utangnya selama tiga tahun terakhir sehingga diharapkan dapat mengurangi bebannya di masa depresiasi rupiah saat ini.
"PLN kalau lihat total utangnya itu tiga tahun terakhir menurun drastis dari Rp500 triliun kemarin kita ada percepatan pembayaran dan pelunasan sesuai tepat waktu sampai dengan pelunasan Rp93 triliun," tuturnya.
Percepatan kewajiban tersebut terus dilakukan Kementerian BUMN sehingga penyehatan itu terjadi dan momentum depresiasi rupiah ini dapat diantisipasi, yang dimanfaatkan menjadi kesempatan memperbaiki portofolio utang BUMN secara menyeluruh.