Bisnis.com, JAKARTA – Dolar Amerika Serikat (AS) menembus rekor tertinggi dalam dua dekade terakhir pada perdagangan hari ini, Kamis (22/9/2022), setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan dan mengisyaratkan sikap hawkish lebih lanjut hingga inflasi mereda.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya terpantau menguat 0,92 persen atau 1,016 poin ke level 111,658 pada pukul 08.59 WIB, level tertinggi sejak 2002.
Imbal hasil obligasi Treasury AS tenor dua tahun naik lebih jauh di atas 4 persen ke level tertinggi sejak 2007 karena investor memposisikan diri untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut. Imbal hasil 10 tahun menghapus penurunan dan masih mencerminkan kekhawatiran pasar akan resesi.
Menyusul penguatan dolar AS, mata uang euro anjlok 0,21 persen ke kisaran level terendah dalam 20 tahun di US$0,9818. Sementara itu, yen Jepang juga melemah 0,31 persen ke 144,53 per dolar AS.
Dolar AS menguat setelah Federal Open Market Committee (FOMC) memutuskan kenaikan kisaran suku bunga acuan Fed Fund Rate 75 basis poin menjadi 3 – 3,25 persen. Suku bunga acuan ini merupakan yang tertinggi sejak sebelum krisis keuangan 2008, dan naik dari mendekati nol pada awal tahun ini.
Dalam konferensi pers setelah keputusan suku bunga acuan, Gubernur The Fed Jerome Powell bersumpah bahwa bank sentral akan menekan inflasi hingga mencapai target 2 persen.
Baca Juga
“Kami sangat bertekad untuk menurunkan inflasi ke target 2 persen. Kami akan terus melakukannya sampai pekerjaan selesai,” ungkap Powell, dikutip Kamis (22/9).
Sementara itu, median prospek kenaikan suku bunga oleh pejabat The Fed, atau yang disebut dot plot, menunjukkan suku bunga acuan naik menjadi 4,4 persen pada akhir tahun, naik dari proyeksi pada Juni sebesar 3,4 persen.
Adapun proyeksi suku bunga untuk akhir tahun 2023 tetap pada 4,6 persen. Dot plot pada akhir tahun 2024 naik menjadi 3,9 persen dari 3,4 persen, sedangkan prospek suku bunga acuan jangka panjang tetap pada 2,5 persen.
“Proyeksi median naik menjadi 4,6 persen pada akhir tahun depan dan turun menjadi 2,9 persen pada akhir 2025, masih di atas estimasi median nilai jangka panjangnya. Proyeksi ini tidak mewakili keputusan atau rencana FOMC dan tidak ada yang bagaimana kondisi ekonomi satu tahun atau lebih dari sekarang,” pungkas Powell.
Sementara itu, kepala strategi global Principal Global Investors Seema Shah mengatakan dengan proyeksi suku bunga AS terbaru ini, The Fed sedang mengarahkan ekonomi menuju hard landing, dan soft landing hampir tidak mungkin terjadi.
“Jerome Powell hampir menyalurkan pemikiran Paul Volcker hari ini, berbicara tentang langkah-langkah kuat dan cepat yang telah diambil The Fed, dan kemungkinan akan terus berlanjut, karena mencoba untuk menghilangkan tekanan inflasi dan menangkal skenario yang lebih buruk di kemudian hari,” kata Shah.