Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga Naik, Sektor Saham Ini Paling Tahan Banting

Saham sektor komoditas dan perbankan kuat bertahan di tengah guncangan kenaikan suku bunga The Fed.
Head of Trading Treasury & Market Bank DBS Indonesia, Ronny Setiawan dan Senior Economist DBS Bank, Radhika Rao, menjelaskan sektor saham potensial di tengah kenaikan suku bunga, Kamis (22/9/2022). /Bisnis-Dewi Fadhilah Soemanagara.
Head of Trading Treasury & Market Bank DBS Indonesia, Ronny Setiawan dan Senior Economist DBS Bank, Radhika Rao, menjelaskan sektor saham potensial di tengah kenaikan suku bunga, Kamis (22/9/2022). /Bisnis-Dewi Fadhilah Soemanagara.

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Sentral AS atau The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan secara agresif mencapai 75 basis poin (bps). Namun, sejumlah sektor saham dan IHSG diyakini tetap kuat di tengah guncangan perekonomian.

Menyusul The Fed, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 21-22 September 2022 memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25 persen.

Head of Trading Treasury & Market Bank DBS Indonesia, Ronny Setiawan mengatakan, sektor saham komoditas dan perbankan mendapat support yang kuat seiring dengan pemulihan ekonomi yang mulai berjalan.

“IHSG konsentrasinya banyak di komoditas dan perbankan, kedua sektor itu mendapat support yang kuat,” ujarnya dalam acara Group Interview di Jakarta, Kamis (22/9/2022).

Dia melanjutkan, belum ada dampak langsung dengan kenaikan suku bunga, kecuali ke sektor properti yang lebih disebabkan karena biaya kredit pemilikan rumah (KPR) yang meningkat.

Di kesempatan yang sama, Senior Economist DBS Bank, Radhika Rao memaparkan, The Fed tidak begitu senang dengan kondisi inflasi saat ini, sehingga terus menaikkan suku bunga acuan dengan hawkish.

“Kami pikir hingga akhir 2022 suku bunga The Fed kemungkinan akan naik menjadi 4,5 persen,” ujarnya.

Di kawasan regional Asia Tenggara, Indonesia termasuk salah satu negara dengan inflasi yang cukup rendah dibandingkan negara lainnya.

Data DBS Group Research menyebutkan, arus pembiayaan cukup beragam tahun ini, dengan pasar obligasi menyaksikan arus keluar, sementara kinerja ekuitas yang melampaui pasar cukup menarik minat investor.

Selain itu, Indonesia juga memiliki kekuatan dari surplus perdagangan pada Agustus 2022 yang tercatat mencapai US$5,8 miliar, serta ekspor yang meningkat 30 persen secara tahunan menjadi US$27,9 yang menjadi rekor tertinggi secara nominal.

“Indonesia memiliki trade surplus dan ekonomi lebih stabil yang membedakannya dengan negara Asia Tenggara lainnya,” imbuh Radhika.

Sebelumnya, pada Rabu (21/9/2022) Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan bakal terus berjuang mengalahkan inflasi dengan menaikkan suku bunga untuk ketiga kalinya berturut-turut di tahun ini, dan memberi sinyal biaya pinjaman yang akan terus meningkat.

Target kenaikan suku bunga The Fed sekarang berada di level tertinggi sejak 2008, dan proyeksi baru menunjukkan suku bunga akan naik ke kisaran 4,25 persen—4,5 persen pada akhir 2022 dan berakhir pada 2023 di kisaran 4,5 persen—4,75 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper