Bisnis.com, JAKARTA — Emiten kertas dan bahan kimia, PT Alkindo Naratama Tbk. (ALDO) mendapat sentimen positif terkait bisnis konversi kertas yang terus dikembangkan.
Analis Mirae Asset Sekuritas, Jennifer A. Harjono mengatakan, ALDO terus memperkuat nilai-nilai environmental, social and governance (ESG) dalam bisnisnya, salah satunya melalui kerja sama dengan Eco Paper Indonesia (ECO) yang meluncurkan produk hexa wrap sebagai pengganti bubble wrap.
“Kami melihat perusahaan menawarkan proposisi [bisnis] yang unik dibandingkan dengan pesaingnya. Katalisator jangka pendek yaitu mesin baru ECO dan penetrasi pasar [fast moving consumer good] FMCG,” ujar Jennifer dalam riset, dikutip Minggu (18/9/2022).
Saat ini, kapasitas produksi ECO sebanyak 6.000 ton—6.500 ton per bulan, yang akan bertambah menjadi 220.000 ton per tahun pada 2023 saat mesin baru mulai beroperasi penuh pada 2023 mendatang. Pabrik ECO juga diklaim menggunakan energi surya untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik sebesar 70 persen.
Ke depan, ALDO akan memasuki pasar hilir melalui industri FMCG, dan tengah bekerja sama dengan perusahaan logistik dalam penyediaan hexcel wrap.
“Kami melihat ekspansi ini memungkinkan perusahaan untuk mencapai pendapatan yang lebih tinggi,” imbuh Jennifer.
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur Utama Alkindo Naratama, Herwanto Sutanto mengatakan, ALDO akan meningkatkan kapasitas produksi kertas cokelat berbahan daur ulang (recycled brown paper) serta melakukan proses commissioning mesin baru.
“Kami terus menjalankan rencana ekspansi dengan disiplin, sehingga target perkembangan bisa dicapai sesuai rencana,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (8/9/2022).
Perseroan menargetkan penjualan hingga akhir 2022 naik 30 persen year-on-year (yoy) dan target laba bersih meningkat sebesar 40 persen. Sepanjang semester I/2022, ALDO membukukan pendapatan RP767,2 miliar, naik 14,5 persen secara tahunan ditopang oleh konversi kertas dan segmen polimer.
Sementara itu, laba bersih ALDO sepanjang enam bulan pertama tahun ini turun 7,1 persen yoy menjadi Rp39,3 miliar. Adapun risiko investasi saham ALDO mencakup keterlambatan commissioning mesin baru di pabrik ECO, serta permintaan FMCG yang melambat.
Pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (16/9/2022) saham ALDO terpantau parkir di zona merah, turun 1,40 persen yang membawanya ke posisi harga Rp705 per saham.
Secara year-to-date (ytd), saham berkapitalisasi pasar Rp928,38 miliar tersebut turun 33,18 persen dari posisi harga di awal tahun senilai Rp1.055 per saham.