Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) memperkirakan nilai investasi smelter nikel bersama dengan Huayou mencapai kisaran US$1,8 miliar atau sekitar Rp26,64 triliun.
Dalam proyek ini, Vale dan Huayou akan menggelontorkan investasi sebesar US$1,8 miliar atau sekitar Rp26,64 triliun (estimasi kurs Rp14.800 per dolar AS), dengan porsi kepemilikan masing-masing 30 persen Vale dan 70 persen Huayou. Smelter diperkirakan rampung dalam tiga tahun antara akhir 2025 atau awal 2026.
CEO Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan pabrik HPAL baru ini akan mengolah bijih nikel limonit menjadi produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 60.000 ton produk nikel dalam MHP.
MHP kemudian dapat diolah menjadi bahan untuk komponen baterai, misalnya untuk kendaraan listrik. Salah satu poin terpenting dari kerjasama ini adalah komitmen para pihak untuk mencapai netralitas karbon pada 2050 dan kesepakatan untuk bekerja sama dalam meminimalkan emisi karbon. Huayou akan berdiskusi lebih lanjut dengan Vale untuk mempelajari alternatif energi rendah karbon.
"Kerja sama proyek pengembangan ini adalah salah satu bentuk realisasi komitmen pertambangan berkelanjutan dan strategi PT Vale dalam menunjang program Pemerintah Indonesia untuk membuat ekosistem mobil listrik di Indonesia," jelasnya, Selasa (13/9/2022).
Sebagai informasi, INCO kembali menyepakati kerjasama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company (Huayou) untuk mengembangkan smelter nikel berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Smelter akan menghasilkan 60.000 ton nikel untuk bahan baku baterai.
Baca Juga
Dengan itu kedua belah pihak sepakat untuk meningkatkan kerja sama, dengan menandatangani The Heads of Agreement yang akan menjadi acuan untuk kesepakatan lebih lanjut yang ditandatangani pada Selasa (13/9/2022).
Kerja sama Vale-Huayou telah dimulai awal tahun ini dan Huayou melakukan studi kelayakan. Studi kelayakan telah disimpulkan dengan hasil positif.
Deshnee Naidoo, Presiden Komisaris Vale dan Wakil Presiden Eksekutif Vale Base Metals mengatakan, kerja sama dengan Huayou Cobalt dalam proyek yang begitu penting. Perjanjian kemitraan ini merupakan katalis lain untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan dari sumber daya nikel kelas dunia Indonesia.
"Bersama dengan kemajuan terbaru pada fasilitas HPAL Pomalaa dan Proyek Blok Bahodopi, menunjukkan bahwa kami berkomitmen untuk melaksanakan proyek pertumbuhan berkelanjutan generasi berikutnya dengan dampak lingkungan yang minimal untuk kepentingan pemangku kepentingan lokal dan nasional,” paparnya.
Ketua Chen Xuehua dari Huayou mengatakan pada acara tersebut kerja sama kedua pihak adalah kombinasi sempurna dari keunggulan sumber daya mineral Vale dan keunggulan teknologi High Pressure Acid Leaching Huayou Cobalt, untuk mencapai pengembangan sumber daya mineral rendah karbon, hijau, dan berkelanjutan.
"Kerja sama kami juga dapat memenangkan peluang pertumbuhan bagi kedua belah pihak, menambah kekuatan dan nilai bagi industri, serta memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi dan sosial Indonesia.”