Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Cerah Emiten Batu Bara hingga Akhir 2022, Ini Katalisnya

Mirae Asset Sekuritas memproyeksikan harga batu bara hingga akhir tahun masih di kisaran US$400 per ton.
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten batu bara masih akan menuai berkah dari kenaikan harga batu bara acuan global.

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM mengatakan, prospek sektor energi terutama batu bara terbilang masih bagus hingga akhir tahun 2022.

“Saat ini lonjakan batu bara hingga mendekati harga US$500 per ton diprediksi masih menjadi katalis positif bagi emiten emiten batu bara,” jelas Roger kepada Bisnis, Selasa (6/9/2022).

Menurutnya, sentimen negatif bagi emiten batu bara saat ini masih berasal dari domestik, yakni kenaikan royalti batu bara yang berlaku pada 15 September 2022.

Pemberlakuan tarif royalti progresif batu bara diresmikan Presiden RI Joko Widodo melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2022 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

Sementara itu, sentimen positif emiten batu bara menurut Roger karena imbas konflik geopolitik Rusia-Ukraina di Eropa.

Mirae memproyeksikan harga batu bara hingga akhir tahun masih di kisaran US$400 per ton.

Untuk emiten batu bara yang dapat dicermati investor, Mirae merekomendasikan emiten tambang milik Boy Thohir, PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO).

“Kami prefer ADRO saat ini dengan target price Rp4500, salah satu katalisnya hasil dari laporan keuangan semester I/2022 yang melampaui estimasi,” tutupnya.

Di semester I/2022, ADRO mencetak laba bersih senilai US$1,21 miliar, moncer sebesar 613 persen dari laba bersih periode yang sama 2021 yang hanya senilai US$169.964.

Melonjaknya laba bersih ADRO seiring dengan pertumbuhan pendapatan di paruh pertama tahun ini yang mencapai US$3,54 miliar. Pendapatan tersebut meningkat 127 persen secara tahunan dari US$1,56 miliar pada paruh pertama tahun lalu.

Volume produksi ADRO pada kuartal II/2022 naik 16,9 persen year-on-year (yoy) menjadi 15,9 juta ton, sehingga produksi semester I/2022 pun naik 5,7 persen secara tahunan sebanyak 28 juta ton.

Analis Mirae Asset Sekuritas, Juan Harahap dalam risetnya mengatakan, rekomendasi beli saham ADRO masih dipertahankan dengan target harga Rp4.500 per saham, yang berasal dari perkiraan laba bersih pada 2022 dan 2023 mencapai US$2,3 miliar dan US$1,5 miliar.

“Rekomendasi kami didorong oleh diversifikasi lini bisnis ADRO ke mineral dan pengendalian biaya yang lebih baik dari model bisnis terintegrasi,” pungkasnya, Senin (5/9/2022).

Harga batu bara acuan global ICE Newcastle pada perdagangan Selasa, (6/9/2022) menembus harga US$463 per ton, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah.

IDX Sector Energy pun ditutup menguat meski di tengah gejolak kenaikan harga BBM, naik 2,91 persen pada perdagangan hari ini. Sepanjang 2022, saham sektor energi telah mencapai kenaikan sebesar 81,83 persen.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper