Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat menguat pada perdagangan Jumat (2/9/2022) setelah data nonfarm payroll (NFP) menunjukkan tanda pelonggaran di pasar tenaga kerja.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average menguat 1,06 persen ke level 31.991,62 pada pukul 22.23 WIB, sedangkan idneks S&P 500 menguat 1,13 persen dan Nasdaq Composite naik 1,04 persen.
Indeks di Wall Street ini menguat setelah Departemen Tenaga Kerja AS mencatat Nonfarm payrolls atau NFP meningkat 315.000 pada Agustus menyusul revisi 526.000 di bulan Juli. Tingkat pengangguran secara tak terduga naik ke level tertinggi enam bulan di 3,7 persen, kenaikan pertama sejak Januari, karena tingkat partisipasi angkatan kerja
Angka NFP ini lebih tinggi dari proyeksi ekonom dalam survei Bloomberg yang memperkirakan kenaikan hampir 300.000, sedangkan tingkat pengangguran juga lebih tinggi dari proyeksi 3,5 persen.
Data tenaga kerja AS ini membuat investor sedikit mengurangi ekspektasi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuannya akhir bulan ini, meskipun masih memiliki probabilitas sekitar 60 persen.
Data NFP menambah serangkaian data pekan ini yang memvalidasi pernyataan Fed bahwa ekonomi cukup kuat untuk menahan pengetatan lebih lanjut. Aset berisiko telah berada di bawah tekanan sejak Gubernur Federal Reserve Jerome Powell menjelaskan bank sentral akan menaikkan suku bunga lebih lanjut dan mempertahankannya hingga inflasi melambat.
Baca Juga
Direktur penelitian Janus Henderson Investors Matt Peron mengatakan data NFP sejalan dengan ekspektasi, di mana laju pertumbuhan tenaga kerja dan upah stabil. Hal ini akan menghilangkan kekhawatiran terburuk di pasar saham akhir-akhir ini.
”Namun, kami menegaskan kembali kehati-hatian bahwa kita belum keluar dari kesulitan, karena kenaikan upah yang sangat tinggi dapat membuat The Fed tetap berada di jalur yang agresif. Tetap berinvestasi tetapi defensif,” kata Peron seperti dikutip Bloomberg, Jumat (2/9).
Kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga akan menekan pertumbuhan ekonomi telah membebani pasar, mendorong obligasi global ke pasar bearish untuk pertama kalinya dalam satu generasi.