Bisnis.com, JAKARTA - Di balik besarnya potensi pasar kripto di Indonesia, para pengembang perlu didorong menjadi pemain aset kripto global.
Founder dan CEO Pintu Jeth Soetoyo menjelaskan di balik besarnya potensi market crypto di Indonesia, yang juga menarik para pengusaha atau developer di Indonesia mampu mengembangkan inovasi terbaik melalui pemanfaatan teknologi blockchain.
"Pemanfaatan teknologi blockchain ini dengan potential market bukan hanya di Indonesia melainkan global. Hal tersebut menjadi menarik bagi seluruh pihak bukan hanya developer atau pelaku industri, akan tetapi turut memberikan tambahan pemasukan bagi negara,” jelasnya, dikutip Rabu (31/9/2022).
Lebih lanjut, Jeth menjelaskan Indonesia dengan populasi penduduk terbesar keempat di dunia menjadi sangat menarik bagi perkembangan crypto.
Salah satunya jika berbicara tentang regulasi, Indonesia terdepan dibandingkan dengan negara-negara lainnya seperti adanya larangan aktivitas crypto di China, hingga penerapan pajak yang tinggi di India.
"Sinergitas dari pelaku usaha dan inisiatif dari Bappebti terjalin sangat baik sehingga pertumbuhan aset kripto yang sangat pesat dapat diimbangi dengan perlindungan yang komprehensif bagi investor,” terangnya.
Baca Juga
Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Tirta Senjaya menjelaskan Indonesia merupakan salah satu negara yang membuat regulasi terkait dengan transaksi aset kripto.
Regulasi tersebut termasuk aturan main, pajak, anti-money laundry, travel rule, cbdc, hingga nantinya mengenai stablecoin.
Pemerintah juga sudah mengatur secara baik ekosistem perdagangan crypto, kliring, kustodian, dan sebentar lagi pembentukan bursa crypto.
"Seluruh aturan tersebut tujuannya untuk melindungi konsumen. Kami terus melengkapi, mengevaluasi, dan menambahkan berbagai syarat untuk melindungi konsumen,” terangnya.
Adopsi kripto di Indonesia semakin masif, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Finder Crypto Adoption Agustus 2022 yang melakukan survei ke 217,947 orang di 26 negara.
Disebutkan kepemilikan aset kripto orang Indonesia mencapai 29,8 juta dengan persentase tingkat kepemilikan di Indonesia mencapai 16 persen atau lebih tinggi dari rata-rata global 15 persen.
Sementara itu Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia Yos Ginting menilai kripto hanya salah satu pemanfaatan teknologi blockchain yang kebetulan menjadi fokus perhatian semua orang.
Alasannya, nilai transaksi besar dan partisipasi ekosistem didominasi oleh investasi karena ada kesempatan untuk mendapatkan keuntungan.
Padahal, pemanfaatan teknologi blockchain itu sangat luas sekali dan Indonesia memiliki potensi untuk memanfaatkan teknologi blockchain.
"Indonesia memiliki tools yang sama seperti developer blockchain di seluruh dunia dan kita mempunyai objek yang sangat diverse dan lengkap. Saya optimistis dengan perkembangan teknologi blockchain di Indonesia,” katanya.