Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pertambangan batu bara terintegrasi PT ABM Investama Tbk. (ABMM) ternyata memiliki pelanggan besar dari perusahaan milik suami Sandra Dewi, yaitu PT Multi Harapan Utama.
ABMM, yang memiliki lini bisnis kontraktor tambang melalui anak usahanya PT Cipta Kridatama (CK), juga mengindikasikan tidak akan memberikan kontrak baru kepada klien meski harga batu bara saat ini tinggi.
Data ICE Newcastle Australia menunjukkan harga batu bara mencapai US$417 per ton pada Jumat (26/8/2022). Adapun, sebagian saham ABMM dipegang oleh investor kawakan Lo Kheng Hong.
Direktur ABM Investama Adrian Erlangga Sjamsul mengatakan pihaknya masih akan konsisten untuk meningkatkan volume produksi berdasarkan kontrak yang ada. Hal ini lantaran semua kontrak dari ABMM merupakan life of mine atau berdasarkan umur tambang.
"Karena kontrak-kontrak kami semua life of mine sehingga kami akan support growth plan dari patner-patner kami. Kami juga tetap akan mencari tambang baru," ujar Adrian kepada Bisnis pada Senin (29/8/2022).
Pada tahun buku 2021, ABMM membukukan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan senilai US$1,02 miliar atau setara Rp14,6 triliun (kurs Jisdor Rp14.362 per dolar AS). Pendapatan ini melesat 68,48 persen dibandingkan tahun 2020 sebesar US$606 juta.
Baca Juga
Berdasarkan kontrak dari pelanggan yang melebihi 10 persen, pendapatan perseroan banyak datang dari Mulia Green Resources Pte. Ltd., Singapura yakni sebesar US$193,2 juta atau 18,91 persen dari seluruh kontrak.
Selanjutnya dari PT Multi Harapan Utama sebesar US$185,6 juta atau 18,17 persen dari seluruh kontrak. Berdasarkan penelusuran Bisnis, suami Sandra Dewi yakni Harvey Moeis merupakan Presiden Komisaris dari PT Multi Harapan Utama.
Meski demikian, Adrian mengatakan untuk tahun 2022 besaran pendapatan dari kontrak pelanggan yang melebihi 10 persen sudah berubah. Hal ini lantaran beberapa pelanggan lain menjadi lebih dominan.
Sementara terkait dengan potensi adanya pelanggan baru, Adrian mengatakan hanya mendukung klien yang sudah ada.
"Kita hanya support pertumbuhan existing client saja karena semua client ingin tumbuh besar," ujar Adrian.
Emiten jagoan legenda investor Lo Kheng Hong ini membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk senilai US$31,78 juta per kuartal I/2022. Angka ini naik 22,79 persen dari US$25,88 juta atau sekitar Rp456,14 miliar pada periode yang sama tahun lalu atau year-on-year (yoy)
Laba yang diatribusikan ke kepentingan non pengendali sebesar US$20,91 juta, naik dari periode yang sama tahun lalu senilai US$3,60 juta sehingga total laba tahun berjalan mencapai US$52,70 juta, naik dari tahun sebelumnya hanya mencapai US$29,49 juta.
Sementara laba yang diperoleh berasal dari pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar US$286,70 juta, tumbuh 35,95 persen dari tahun sebelumnya senilai US$210,88 juta. Pendapatan mayoritas berasal dari kontraktor tambang dan tambang batu bara sebesar US$241,18 juta, tumbuh dari tahun lalu US$175,23 juta.
Selanjutnya dari jasa logistik sebesar US$30,4 juta, jasa divisi Site Service dan Repabrikasi sebesar US$10,33 juta, dari sewa mesin US$104.585, Pabrikasi US$3,31 juta, dan perdagangan bahan bakar US$817.669.