Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian BUMN meyakini saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) bakal diburu investor ritel saat suspensi sahamnya dibuka.
Wakil Menteri II BUMN Kartiko Wirjoatmodjo meyakini operasi bisnis Garuda Indonesia semakin efisien setelah penyelesaian PKPU dan negosiasi biaya sewa pesawat ke depan.
"Dengan biaya yang lebih rendah jadi lebih untung. Dahulu, mengoperasikan Boeing 777 tak pernah untung, fix cost turun drastis, dari US$1,4 juta menjadi US$400.000. Dengan demikian, struktur biaya turun signifikan," jelasnya, dikutip Kamis (25/8/2022).
Lebih lanjut, Tiko sapaan akrabnya, berkomitmen menyewa pesawat menggunakan harga pasar sehingga struktur biaya menjadi lebih rendah. Menurutnya, dahulu rasio biaya penyewaan pesawat terhadap pendapatan sebesar 27 persen, kini tinggal 12 persen.
Sisanya, dari struktur biaya emiten bersandi GIAA ini tinggal biaya avtur yang tengah mahal. Tiko menegaskan jika harga avtur dapat turun ke level US$70-US$80 per barrel dapat menghasilkan EBITDA GIAA yang tumbuh menjadi US$800 juta.
"Saat suspensi perdagangan dibuka, saham Garuda jadi menarik. Jadi begitu suspend dibuka, menarik sahamnya ini," tambahnya.
Baca Juga
Dia juga menegaskan laporan keuangan GIAA per Juni 2022 belum dirilis. Nantinya dalam rilis lapkeu paruh pertama tersebut, bakal mencantumkan dampak dari PKPU terhadap kinerja keuangan perseroan.
"Nanti begitu keluar ada pembalikan laba, ada extraordinary income karena pembalikan liabilitas itu US$5 miliar-US$6 miliar. Tinggal lihat stabilitasnya, PKPU efektif, banding selesai, neraca bagus," terangnya.
Seiring rampungnya proses PKPU, GIAA juga berhasil menurunkan total utang 50 persen menjadi US$5,1 miliar setara Rp75,48 triliun (kurs Rp14.800) dari posisi US$10,1 miliar atau Rp149,48 triliun sebelum PKPU.