Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia mengumumkan kenaikan suku bunga acuan pada Selasa (23/8/2022), diluar dugaan analis pasar modal. Hal ini diperkirakan bakal turut mempengaruhi pasar reksa dana
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk meningkatkan suku bunga 7DRRR sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 3,75 persen. Langkah tersebut diambil untuk mengantisipasi lonjakan inflasi akibat kenaikan harga Pertalite RON 90 di masa mendatang.
Terkait hal tersebut, riset dari Bareksa menjelaskan, meski keputusan BI berada di luar ekspektasi pasar, IHSG masih ditutup menguat pada perdagangan kemarin dan menopang mayoritas reksa dana saham.
Bareksa juga melihat bunga deposito belum akan dinaikkan dalam waktu dekat mengingat likuiditas perbankan dan pertumbuhan kredit masih cukup tinggi.
“Dengan demikian, masyarakat masih dapat menikmati suku bunga kredit rendah,” demikian kutipan riset tersebut, Rabu (24/8/2022).
Di sisi lain, kenaikan suku bunga BI akan menekan reksa dana pendapatan tetap berbasis obligasi negara. Bareksa memproyeksikan imbal hasil obligasi negara seri acuan 10 tahun akan berada di kisaran 7,2 persen – 7,3 persen untuk pekan ini.
Baca Juga
Selain itu, proyeksi kenaikan inflasi Indonesia juga akan mempengaruhi pergerakan harga obligasi ke depannya.
Seiring dengan sentimen tersebut, Bareksa merekomendasikan investor reksa dana saham untuk wait and see terlebih dahulu. Reksa dana berbasis saham diprediksi masih bergerak terbatas karena pelaku pasar masih mencermati dampak kenaikan suku bunga acuan BI.
Sementara itu, melihat harga obligasi negara yang diproyeksi masih melemah pekan ini, investor dapat tetap mencermati reksa dana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi hingga yield acuan menyentuh level 7,4 persen.
Secara terpisah, Chief Investment Officer STAR AM Susanto Chandra menambahkan, kenaikan suku bunga Bank Indonesia akan membuat reksa dana pasar uang cenderung lebih stabil. Kondisi tersebut akan berlanjut di tengah pasar yang menunggu seberapa besar kenaikan harga BBM oleh pemerintah.
Menurutnya, apabila kenaikan BBM cukup besar dan laju inflasi terus meningkat, maka BI dapat terus meningkatkan suku bunga untuk menjaga laju inflasi dan rupiah.
“Di tengah kenaikan suku bunga, penempatan pada reksa dana pasar uang dan pendapatan tetap tenor pendek dapat dijadikan pilihan,” katanya.