Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Berisiko Overshoot ke Rp15.000 jika BI Pertahankan Suku Bunga

Risiko overshooting rupiah telah meningkat dalam beberapa hari terakhir ini karena menguatnya indeks dolar AS.
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha
Uang dolar dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (26/4/2022) Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) akan segera diumumkan siang ini. Jika BI mempertahankan suku bunga, maka rupiah diprediksi akan melemah lebih lanjut, di tengah kecemasan investor terkait pidato Gubernur The Fed Jerome Powell di simposium Jackson Hole pada Jumat (26/8/2022) nanti.  

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (23/7/2022) pukul 10.30 WIB, rupiah terpantau melemah 0,07 persen ke Rp14.902,50 per dolar AS.

Di pasar Indonesia, investor saat ini tengah menunggu keputusan terkait suku bunga acuan dari Bank Indonesia. Pekan lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo memberi isyarat untuk mempertahankan BI 7DRRR di 3,5 persen bulan ini. Adapun hasil RDG akan dimumkan sekitar pukul 14.00 WIB siang ini. 

"Kami pikir BI tidak akan menaikkan suku bunga hari ini, yang meningkatkan kerentanan rupiah terhadap risiko overshooting nilai tukar. Risiko overshooting rupiah telah meningkat dalam beberapa hari terakhir ini karena menguatnya indeks dolar AS yang naik 0,8 persen menjadi 109 semalam," kata Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi dalam riset, Selasa (23/8/2022).

Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan bahwa rupiah akan melemah, dengan target harga pertama Rp15.000 per dolar AS , kemudian Rp15.200 per dolar AS, akibat keputusan Bl untuk mempertahankan suku bunga acuan di 3,5 persen.

Di pasa global, investor di pasar negara maju semakin gugup dengan kemungkinan The Fed memasang posisi hawkish selama simposium Jackson Hole pada Jumat (26/8/2022). Hal ini mengakibatkan aksi jual saham yang lebih besar di Amerika Serikat dan zona Euro, yang turun sekitar 2 persen tadi malam.

Aksi jual juga menyebar ke pasar Asia kemarin dengan Hang Seng mencatat penurunan 0,6 persen di tengah keputusan People's Bank of China untuk memangkas suku bunga pinjaman 1 tahun sebesar 5 bps menjadi 3,65 persen dari perkiraan konsensus 3,6 persen, dan suku bunga pinjaman 5 tahun sebesar 15 bps menjadi 4,3 persen, dari konsensus 4,35 persen.

IHSG juga melemah 0,9 persen. Namun demikian, aksi jual di pasar Indonesia lebih didominasi oleh investor domestik, akibat khawatiran akan potensi kenaikan harga Pertalite RON 90, hal ini terlihat dari angka net buy investor asing yang mencapai Rp957.2 miliar di pasar reguler atau Rp1 triliun secara keseluruhan

"Kami rasa tinggal menunggu waktu saja sebelum sentimen negatif yang sama mempengaruhi investor asing di pasar saham Indonesia," imbuhnya.

Di pasar obligasi, kami melihat kemungkinan imbal hasil SUN 10 tahun akan terus meningkat sebesar 30-40 bps menjadi 7,6 persen. Sementara itu, imbal hasil UST 10 tahun mencapai 3 persen tadi malam, spread imbal hasil antara SUN 10 tahun dan UST tetap tidak berubah, sekitar 415 bps.

"Kami memperkirakan spread imbal hasil akan kembali ke 450-460 bps dalam beberapa hari mendatang. Oleh karena itu, kami menyarankan investor untuk menunggu momen tersebut dan membeli SUN 10 tahun setelah koreksi spread selesai," kata Lionel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper