Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham emiten perbankan dengan kapitalisasi pasar besar terpantau bergerak variatif setelah Bank Indonesia mengumumkan kebijakan suku bunga acuan terbarunya.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 22-23 Agustus 2022 memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) menjadi 3,75 persen. Keputusan ini membuat Bank Indonesia menetapkan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.
“Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 Agustus 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,75 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil RDG BI Bulan Agustus 2022 hari ini, Selasa (23/8/2022).
Indeks sektor keuangan terpantau menguat 0,37 persen, sejalan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melaju 0,77 persen ke level 7.163,27 pada penutupan perdagangan Selasa (23/8/2022).
PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp973,87 triliun, tertinggi di Bursa Efek Indonesia (BEI), tercatat melemah 1,25 persen atau 100 poin sehingga parkir di Rp7.900 per saham.
Sementara itu, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menguat 0,70 persen ke harga Rp4.300 dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) naik 1,17 persen di posisi Rp8.625.
Baca Juga
Kemudian saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) stagnan di harga Rp8.300 dan saham PT Bank Jago Tbk. (ARTO) terkoreksi 0,83 persen sehingga parkir di Rp9.000 per saham.
Sejalan dengan kebijakan suku bunga acuan, BI juga menetapkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 basis poin menjadi 3 persen dan suku bunga Lending Facility 4,5 persen.
Perry mengatakan keputusan untuk menaikkan suku bunga merupakan langkah preemptive dan forward looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga BBM nonsubsidi dan inflasi volatile food.
BI juga memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya, di tengah masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.