Bisnis.com, JAKARTA - Jelang berakhirnya Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta Oktober 2022 mendatang, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. (JAYA) terus mematangkan pembangunan marina baru untuk bersandarnya 470 kapal berbagai ukuran di Pantai Ancol. Proyek ini ditaksir bernilai Rp2,5 triliun.
Komisaris Utama Ancol Thomas Trikasih Lembong dalam wawancaranya dengan Tempo mengatakan untuk merealisasikan proyek raksasa ini, manajemen telah menggandeng konsultan marina asal London, Inggris, untuk membangun parkir kapal bertaraf internasional di Ancol. Konsultan yang sama sebelumnya membangun marina di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Selain konsultan, manajemen Ancol kata Lembong juga sudah menjalin pembicaraan yang jauh dengan investor-investor dari luar negeri, diantaranya Australia. Investor Australia sudah lama menjalin pembicaraan sejak Lembong menjadi menteri perdagangan.
"Ini awalnya dari perjanjian perdagangan kita dengan Australia, dan ini sudah buah sebuah upaya yang sudah berjalan beberapa tahun dialog antara berbagai pelaku di Indonesia dengan ekosistem marina dan kapal layar di Australia," ujarnya.
Beberapa investor dari kawasan Timur Tengah juga menjadi target. Lembong berujar, banyak investor-investor yang sudah berpengalaman di kawasan rekreasi berbasis marina membangun marina di kawasan itu, misalnya di Jeddah, Arab Saudi, lalu Dubai dan Abu Dhabi di Uni Emirat Arab, serta Doha, Qatar.
"Semuanya bangun marina dan kalau dilihat Amerika dari Boston, New York, Miami, semuanya punya marina dan itu ada subsektor pengelola dana dana investasi yang memang punya spesialisasi mendanai dan berinvestasi di kawasan rekreasi berbasis marina," ucap Thomas.
Baca Juga
Jepang juga dijadikan target investor untuk mendanai proyek jangka panjang tersebut. Ini karena Marina yang akan di bangun di sebelah barat Ancol itu akan dilalui MRT buatan Jepang. Dengan adanya MRT itu Jepang juga ingin membangun konsep pembangunan berbasis transit atau TOD.
"Investor kayaknya akan lebih banyak dari Australia, Timur Tengah, dan Jepang. ya moga-moga ini menjadi solusi karena kita butuh terobosan yang proyek skala besar yang mencukupi untuk nendang, mengatasi tumpukan utang [Ancol] segede Rp 1,4 triliun," kata Thomas.
Dengan demikian, Thomas mengungkapkan, model investasi untuk marina yang dijadikan sebagai pusat wisata bahari Jakarta itu adalah dengan modal ekuitas, khususnya penanaman modal asing (PMA) melalui kerja sama dengan investor internasional yang memang punya keahlian dalam mendanai dan mengelola kawasan rekreasi berbasis marina.
Tapi, dia memastikan investasi proyek itu tidak akan 100 persen dikerjakan asing, perusahaan-perusahaan dalam negeri juga akan dilibatkan, terutama yang memiliki fokus bisnis sebagai pengembang atau developer. Pengusahan-pengusaha dalam negeri diharapkannya juga mau terlibat aktif dalam pembangunan marina baru di Ancol.
"Menurut saya ini butuh waktu 5-10 tahun. mungkin konstruksinya bisa selesai dalam mungkin tahap pertama katakan 3 tahun, tapi ini kan bertahap, desain yang kita sudah pegang itu keseluruhannya tempat sandar untuk 470 kapal dari yang kecil sampai yang raksasa, super yacht," kata Thomas.
Thomas yang juga mengelola private equity fund, Quvat Management (Quvat) itu menyebutkan untuk mengatasi permasalahan manajemen, dalam RUPS mendatang akan akan dilakukan perombakan direksi dalam jumlah besar untuk memperbaiki manajemen perusahaan.