Bisnis.com, JAKARTA — Mirae Asset Sekuritas memperkirakan penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Agustus 2022 masih akan tertahan dalam jangka pendek, akibat sentimen inflasi dan kenaikan suku bunga.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina memprediksi di tengah tekanan makroekonomi jangka pendek tersebut, secara teknikal IHSG pada Agustus 2022 masih akan tertekan dengan kisaran 6.765 karena pada akhir Juli belum mampu menembus level resistance 7.000.
“Jika sentimen pasar tidak mendukung, maka IHSG berpotensi melanjutkan koreksi ke arah 6.539,” kata Martha, Selasa (9/8/2022).
Namun, dia melihat data ekonomi yang positif akan mendukung pergerakan IHSG yang sampai penutupan perdagangan Selasa (9/8/2022) ditutup menguat ke level 7.102,88. Beberapa hal yang akan menjadi faktor pendorong IHSG pada bulan ini adalah data ekonomi, kebijakan bank sentral, laporan data keuangan emiten, dan perkembangan harga komoditas.
Dia menyatakan sektor pilihan bulan ini mencakup sektor keuangan, energi, dan industri. Untuk sektor keuangan, Mirae Asset Sekuritas memilih rekomendasi saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan target harga Rp8.500, PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) dengan target harga Rp10.200, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) dengan target harga Rp5.350, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) dengan target harga Rp9.575.
“Kami memilih empat saham bank besar karena memang laporan keuangannya sangat bagus. Keempatnya kinerjanya outperform dan yang tertinggi adalah BBRI dengan pertumbuhan year on year paling tinggi dan likuiditas perbankan kita juga sangat tinggi,” lanjutnya.
Baca Juga
Di sektor energi, tiga produsen batu bara yang menjadi pilihan yaitu PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), dan PT Indika Energy Tbk. (INDY). Untuk perusahaan di sektor industri, ada dua saham pilihan yaitu PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT United Tractors Tbk. (UNTR).
“Secara sektor, pertambangan batu bara dengan harga acuan masih di atas US$300 per ton. Meski ada penurunan masih ada di kisaran US$200 sampai US$300 per ton dan ini masih sangat menguntungkan bagi perusahaan. Konflik Rusia-Ukraina yang berlanjut juga akan menguntungkan Indonesia karena banyak negara yang membutuhkan batu bara menjelang musim dingin,” kata Martha.
Pada kesempatan yang sama, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta memprediksi geliat pasar saham serta animo perusahaan menggelar IPO akan tinggi menjelang tahun pemilu.
“Kami memprediksi inflasi dunia yang tinggi masih akan menekan pasar saham global dan domestik dalam jangka pendek. Untuk jangka waktu menengah hingga akhir tahun, tren pasar saham masih baik karena Indonesia didukung faktor fundamental dan makroekonomi yang solid,” kata Nafan.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.