Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbal Hasil SUN Indonesia Turun Usai Rilis The Fed, Ini Sebabnya

Selama sepekan terakhir, yield SUN Indonesia menguat sebesar 29,4 basis poin.
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA – Imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) Indonesia cenderung menurun usai pengumuman kenaikan suku bunga The Fed. Meski demikian, pelemahan imbal hasil akan tetap terjadi sepanjang sisa tahun 2022 seiring dengan rencana Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga.

Data dari World Government Bonds pada Minggu (31/7/2022) mencatat, tingkat imbal hasil SUN Indonesia dengan tenor 10 tahun berada di level 7,197 persen. Posisi ini lebih tinggi dibandingkan dengan level pada 28 Juli kemarin pada 7,310 persen.

Selama sepekan terakhir, yield SUN Indonesia menguat sebesar 29,4 basis poin. Sementara itu, dalam periode 1 bulan belakangan, imbal hasil SUN telah menguat 5,2 basis poin.

Adapun, level credit default swap (CDS) 5 tahun Indonesia per hari ini ada di level 115,04. Posisi tersebut mengindikasikan probabilitas default atau gagal bayar sebesar 1,92 persen.

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, pergerakan imbal hasil SUN yang cenderung stabil pasca kenaikan suku bunga The Fed salah satunya ditopang oleh likuiditas global yang masih melimpah.

Ia memaparkan, setelah kenaikan suku bunga The Fed, umumnya investor akan lebih memilih masuk ke pasar obligasi AS dibandingkan emerging market seperti Indonesia. Hal ini mengingat imbal hasil atraktif serta risiko yang lebih rendah.

Namun, saat ini pasar AS tengah dibayangi oleh risiko resesi akibat laju inflasi yang cukup tinggi. Hal tersebut membuat investor lebih memilih bertahan di emerging market dengan melakukan rebalancing portofolio.

“Sentimen ini juga menjadi penopang nilai tukar rupiah pelemahannya cenderung tidak drastis,” katanya saat dihubungi Bisnis pekan ini.

Selain itu, kondisi pasar obligasi Indonesia juga ditopang oleh ketahanan investor domestik. Menurut Hans, investor institusi domestik seperti dana pensiun, perbankan dan asuransi melakukan aksi beli saat terjadi pelemahan harga agar mendapatkan return yang maksimal saat yield kembali menurun.

Hans memprediksi yield SUN Indonesia berpotensi melemah hingga ke kisaran 8 persen. Hal ini seiring dengan rencana Bank Indonesia yang akan menaikkan suku bunga acuannya pada akhir tahun.

Hans memperkirakan, imbal hasil SUN Indonesia seri 10 tahun akan bergerak di kisran 7,5 persen hingga 8 persen di sisa tahun ini.

“Dengan imbal hasil yang lebih tinggi, potensi masuknya investor institusi domestik semakin besar karena harga obligasi menurun,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper