Bisnis.com, JAKARTA – Harga komoditas minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) berpotensi mengalami penurunan ke kisaran 3.000-an ringgit per ton, setelah sempat menyentuh di atas 5.000 ringgit per ton tahun ini.
Research and Development ICDX Girta Yoga mengatakan, dari dalam negeri, arah dari kebijakan pemerintah Indonesia menargetkan percepatan ekspor untuk menguras stok dalam negeri.
"Dalam kebijakan terbaru, pemerintah menghapus sementara pungutan ekspor sampai dengan akhir Agustus nanti, kemudian dikenakan kembali pada bulan September," ujar Yoga kepada Bisnis, Rabu (20/7/2022).
Menurutnya, kebijakan ini telah mempertimbangkan aspek tambahan stok saat puncak panen berlangsung, yakni pada Juli-September 2022.
Adapun Yoga memperkirakan, pergerakan harga CPO di kuartal III tahun ini, berpotensi menemui level resistance di kisaran harga 4.750–5.000 ringgit per ton.
"Apabila mendapat katalis negatif, maka harga berpotensi turun menuju level support di kisaran harga 3.250–3.000 ringgit per ton," ucapnya.
Baca Juga
Adapun mengutip Bloomberg, Dorab Mistry, pakar minyak sawit internasional sekaligus Direktur Godrej International Ltd., memprediksi harga CPO berpotensi melanjutkan pelemahan hingga jatuh lebih dari 20 persen menjadi 3.000 ringgit per ton pada September 2022.
Dia menilai, pelemahan harga minyak sawit akan didorong oleh melonjaknya pasokan dari Indonesia. Menurutnya, persediaan di Indonesia telah membengkak menjadi 10 juta ton dan akan terus meningkat pada Agustus 2022 karena produksi yang tinggi, sebelum stabil di sekitar 9-10 juta ton pada September 2022.
"Mereka sesak dengan minyak sawit. Tongkang, kapal, semuanya digunakan untuk menyimpan minyak sawit. Apapun yang dilakukan oleh pemerintah terlalu sedikit dan terlambat,” kata Mistry.
Lebih lanjut, menurutnya masih ada enam hingga delapan bulan di Indonesia sebelum stok turun ke level normal 5-6 juta ton dan harga stabil. Itu berarti prospek minyak sawit tetap bearish untuk saat ini. Indeks acuan komoditas berjangka telah merosot 45 persen dari rekor penutupan pada akhir April 2022.
Dia menambahkan, harga minyak sawit tidak akan mencapai titik terendah sampai ada gencatan senjata di Ukraina dan pasokan produk seperti minyak bunga matahari, gandum dan jagung masuk ke pasar. Dia memprediksi harga minyak sawit bisa merosot ke 2.500-3.000 ringgit ketika perang berakhir.