Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Senin (25/7/2022). IHSG tertekan saham bank dan teknologi jumbo jelang rapat The Fed pada 26-27 Juli 2022.
IHSG ditutup di posisi 6.858.40 atau terkoreksi 0,41 persen. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada rentang 6.858,40 - 6.908,19.
Tercatat, 238 saham menguat, 280 saham melemah dan 162 saham bergerak ditempat. Kapitalisasi pasar terpantau pada posisi Rp9.058,35 triliun.
PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) terpantau menjadi saham dengan koreksi terbesar hari ini setelah turun 6,99 persen ke Rp2.660.
Saham lain yang terpantau melemah adalah PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) yang turun 5,10 persen ke Rp1.860, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang terkoreksi 2,60 persen ke level Rp300 serta PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dengan pelemahan 4,73 persen ke Rp282.
Saham perbankan jumbo seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) turun 0,34 persen, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) turun 0,47 persen, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) turun 0,96 persen, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) turun 1,3 persen.
Baca Juga
Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang menjelaskan setelah IHSG mengalami kenaikan sebesar 3,53 persen disertai dengan net buy investor asing sebesar Rp420,06 miliar selama sepekan lalu.
"Di awal pekan ini, Senin, IHSG masih berpeluang melanjutkan penguatannya tetapi terbatas didorong beberapa sentimen positif berasal dari menguatnya harga komoditas seperti batu bara, CPO, nikel, emas dan timah," jelasnya, Senin (25/7/2022).
Kenaikan sejumlah harga komoditas tersebut terjadi di tengah sentimen positif datang dari turunnya yield obligasi AS tenor 10 tahun ke level 2,754 persen.
Sementara itu, investor akan memantau rapat The Fed atau FOMC pada 26-27 Juli 2022. The Fed diperkirakan mengerek suku bunga 75 bps, yang dapat memberikan sentimen negatif bagi pasar saham.
PT Infovesta Utama memperkirakan The Fed kembali menaikkan suku bunga 75 basis poin (bps) pada pekan ini untuk merespon peningkatan inflasi yang tinggi dengan pengetatan moneter tersebut. Kenaikan suku bunga ini pun telah diikuti beberapa negara lain.
Hal ini akan menyebabkan aktivitas ekonomi negara lebih lambat dan lesu yang dapat menyebabkan pelemahan pertumbuhan ekonomi global. Bahkan pertumbuhan ekonomi global pada 2022 diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 3,5 persen menjadi 2,9 persen.
“Kami melihat kondisi pasar yang fluktuatif akan terus berlanjut sejalan dengan pelemahan ekonomi global. Meskipun perbaikan ekonomi domestik diperkirakan akan terus berlanjut namun dampak ekonomi global tetap perlu diwaspadai,” tulisnya.
Infovesta pun menyarankan investor tetap berhati-hati dan menunggu waktu yang tepat alias wait and see dalam berinvestasi. Adapun Infovesta memperkirakan kinerja reksa dana saham maupun reksa dana pendapatan tetap masih dalam tren bearish sejalan dengan pelemahan ekonomi global.