Bisnis.com, JAKARTA — Rencana emiten ritel PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) untuk melakukan aksi pembelian kembali saham atau buyback saham dinilai bisa menjadi sentimen positif bagi perseroan, di tengah risiko inflasi yang bisa menggerus daya beli target pasar RALS.
Research Analyst MNC Sekuritas Raka Junico mengatakan inflasi memang menghadirkan kekhawatiran bagi kinerja RALS, mengingat segmen bisnis emiten department store ini berada di kalangan menengah ke bawah. Kenaikan harga akan berpengaruh pada kemampuan belanja segmen ini.
“Risiko inflasi ini memang menjadi kekhawatiran, terutama karena segmen bisnis RALS di low-mid, sehingga exposure kenaikan harga akan berpengaruh,” kata Raka, Senin (25/7/2022).
Dia mencatat bahwa performa pendapatan Ramayana cenderung turun dalam kurun 2014—2015, sejalan dengan tingkat inflasi yang mencapai 8 persen year-on-year (yoy). Namun, inflasi tahunan Juni 2022 yang menembus 4,35 persen dinilainya tidak lepas dari sentimen pasar terkait keputusan Bank Indonesia mempertahankan BI-7DRR.
Raka meyakini yakin tingkat inflasi dapat tetap terkendali, seiring dengan fundamental nilai tukar rupiah ke dolar AS yang terjaga lewat neraca dagang yang masih surplus.
“Jika tingginya inflasi masih dapat diredam dan diatasi hingga ke level target, tentu exposure terhadap saham RALS tidak akan berpengaruh signifikan. Terlebih RALS berencana mengadakan buyback melalui persetujuan RUPSLB Agustus 22 nanti,” tambahnya.
Raka menyematkan rekomendasi buy pada saham RALS dengan target harga Rp735. Sampai dengan penutupan sesi I perdagangan Senin (25/7/2022), saham RALS terpantau melemah 0,85 persen ke posisi Rp575, sejalan dengan IHSG yang loyo ke zona merah dengan koreksi 0,21 persen ke level 6.872,40 setelah sempat menguat ke posisi tertinggi 6.908,19.
Baca Juga
RALS berencana melakukan buyback saham sebanyak-banyaknya 5 persen dari modal disetor perseroan atau maksimum sebanyak 360 juta saham.
Berdasarkan keterbukaan informasi, manajemen Ramayana akan menyiapkan dana maksimum Rp200 miliar untuk merealisasikan aksi korporasi tersebut.
Adapun, harga pembelian saham harus lebih rendah atau sama dengan harga transaksi yang terjadi sebelumnya.
Aksi buyback saham ini rencananya akan dilakukan setelah perseroan memperoleh persetujuan dari rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang akan dilaksanakan pada Senin, 29 Agustus 2022.
Periode rencana pelaksanaan buyback ditetapkan paling lama dalam waktu 18 bulan.
Direksi RALS meyakini aksi buyback saham tidak akan mempengaruhi kegiatan usaha dan operasional perseroan karena kondisi modal kerja yang cukup baik dalam menjalankan kegiatan usaha.
Dengan asumsi buyback dilaksanakan pada 30 Agustus 2022 dengan menggunakan dana dari saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya, aset RALS diperkirakan turun menjadi Rp4,88 triliun dari sebelumnya Rp5,08 triliun per 31 Desember 2021.
Sementara itu, jumlah saham beredar RALS akan berkurang dari mulanya 6.274.604.000 saham menjadi 5.914.604.000 saham.
Ramayana tercatat mengalami keuntungan untuk tahun buku 2021 dan Direksi RALS telah berhasil memelihara kecukupan likuiditas, sehingga perseroan bermaksud untuk meningkatkan nilai pemegang saham dengan mengembalikan kelebihan arus kas kepada para pemegang sahamnya melalui pelaksanaan pembelian kembali saham ini.
“Persetujuan atas buyback akan memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada perseroan dalam mengelola modal untuk mencapai struktur permodalan yang lebih efisien,” tulis manajemen.