Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan proyek pemerintah, PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) memiliki tiga obligasi jatuh tempo senilai Rp3,36 triliun pada semester II/2022. Perseroan akan melunasi kewajiban tersebut dengan sumber kas dan fasilitas perbankan.
Rincian ketiga obligasi tersebut yakni Obligasi Berkelanjutan II SMI tahap II 2019 seri B senilai Rp1,3 triliun yang jatuh tempo pada 28 Agustus 2022.
Selanjutnya, Obligasi Berkelanjutan II SMI tahap III pada 2019 Seri B senilai Rp727,5 miliar yang jatuh tempo pada 30 Oktober 2022.
Terakhir, Obligasi Berkelanjutan I SMI tahap II 2017 Seri C senilai Rp1,34 triliun yang jatuh tempo pada 15 November 2022.
Direktur Keuangan Sarana Multi Infrastruktur Darwin Trisna menerangkan telah menyiapkan pelunasan obligasi jatuh tempo tahun ini sebagai bagian dari manajemen aset dan liabilitas.
"Dengan kondisi keuangan yang sangat baik, kami memiliki fleksibilitas untuk pelunasan obligasi tersebut, yang berasal dari dana kas internal dan fasilitas perbankan," jelasnya kepada Bisnis, Minggu (24/7/2022).
Baca Juga
Selain itu, pada tahun ini, SMI juga telah mengaktifkan fasilitas pendanaan dari pasar obligasi melalui Penawaran Umum Berkelanjutan III dengan fasilitas sebesar Rp20 triliun untuk obligasi dan Penawaran Umum Berkelanjutan II dengan fasilitas sebesar Rp5 triliun untuk sukuk.
Fasilitas PUB obligasi dan sukuk ini merupakan salah satu diversifikasi sumber pendanaan SMI, selain fasilitas perbankan dan fasilitas offshore.
"Dalam pemakaiannya nanti kami akan menggunakan pendanaan yang memiliki biaya paling kompetitif, termasuk untuk kegiatan pembiayaan ekspansi," terangnya.
Darwin menilai pelunasan obligasi yang jatuh tempo tahun ini pun lebih menguntungkan bagi perseroan karena dapat dibiayai atau refinancing dengan pendanaan yang lebih murah.
Dia mengamini kenaikan suku bunga memang merupakan kondisi yang akan dihadapi. Namun, dia masih percaya diri Bank Indonesia (BI) tidak terburu-buru menaikkan suku bunga acuan.
"Dengan melihat perkembangan variabel makro ekonomi, seperti trade balance, nilai tukar, dan inflasi, kami berpendapat BI masih memiliki ruang dan tidak akan menaikan suku bunga secara agresif," tambahnya.