Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah diperkirakan masih berada dalam tren peningkatan pada kuartal III/2022. Akan tetapi, nasib kelanjutan pakta OPEC disebut dapat menjadi pengadang tren bullish minyak mentah.
Research and Development ICDX Girta Yoga menyebut, pada kuartal II/2022, harga minyak mengalami peningkatan sebesar 15,04 persen quarter-on-quarter (QoQ). Yoga memperkirakan pada kuartal III/2022 ini, harga minyak akan tetap mengalami penguatan meskipun ada beberapa faktor yang bisa menahan penguatan harga tersebut.
“Melihat dari beberapa katalis yang ada, di kuartal III/2022 ini pergerakan harga minyak masih mengalami bullish. Namun tidak akan menutup kemungkinan bahwa akan ada sentimen-sentimen yang akan menahan pergerakan harga tersebut," kata Yoga, dikutip Kamis (21/7/2022).
Menurutnya, salah satu sentimen yang akan menjadi penahan pergerakan harga tersebut adalah Pakta Produksi OPEC+ yang hingga saat ini tidak ada sinyal untuk berlanjut. Menurut Yoga, hal ini akan mempengaruhi pasokan yang ada di pasar.
Sementara itu, katalis lain terhadap harga minyak menurutnya datang dari cadangan stok AS yang merosot drastis. Perilisan minyak dari cadangan strategis AS sebesar 45 juta barel pada 16 Agustus hingga 30 September akan mendorong stok cadangan AS ke titik terendah sejak 1987.
Katalis juga datang dari Uni Eropa yang menyetop impor 90 persen minyak Rusia dari jalur laut mulai akhir 2022.
Baca Juga
Yoga melanjutkan, dengan sentimen pasar yang saat ini positif terhadap harga minyak mentah, dia memperkirakan di kuartal III/2022 tahun ini pergerakan harga minyak mentah cenderung masih dapat bertahan bullish dengan level resistance di kisaran harga US$110-US$120 per barel.
"Namun, jika mendapat katalis negatif, maka harga berpotensi turun menuju level support di kisaran harga US$85-US$75 per barel," ucapnya.